Sudah sekitar 9 tahun selepas lulus dari SMA, banyak sekali perubahan yang terjadi. Mulai dari lingkungan, cara pandang hidup, pencarian jati diri yang sepertinya belum puas berbenah, juga orang-orang 'pilihan' buat menjadi teman.
Beberapa tahun silam seorang teman pernah bertanya "Apa makna 'sahabat' buatmu Ve?"
Perlu bolak-balik berpikir untuk menjawabnya. Bagi saya yang berteman akrab dengan beberapa orang saja tentu saja merasa aneh juga kenapa teman sekelas saya ini bertanya demikian pada orang seperti saya. Teman saya ini sebenarnya bukan tak punya sahabat. Saya berani memastikan dia punya lebih banyak sahabat dari saya, bahkan rasanya saya bukan seorang 'sahabat' untuknya. Hanya saja, akhirnya saya menjawab begini: "Sahabat itu ... ketika yang lain melupakan, tapi ia mengingatmu walau kalian tak bertegur sapa."
Daaaan ... saya sadari sekarang bahwa itu salah.
Sahabat tidak cuma mengingat, tapi lebih mengarah pada 'gelar'. Pernah baca saja bahwa dalam periwayatan Rasulullah saw tak pernah disebutkan soal 'teman' ataupun 'kawan' :))
'Sahabat' merupakan 'gelar' tinggi untuk hal ini. Wah, saya jadi tak mau main-main pakai ngomong 'Kamu sahabatku!' segampang itu ^__^'
Kok ngomongin sahabat sih, Madam? *eaa efek post-nikah :))
Yah, simak dulu deh cerita saya~
Singkat cerita saat menikah 6 Juli 2013 kemarin, saya tak banyak mengundang resmi teman-teman semasa sekolah. Banyak faktor, selain waktu yang terbatas untuk mengirim undangan, banyak dari mereka tak berdomisili di Kuningan lagi. Maka dengan fast invitation a la masa kini, saya manfaatkan social media untuk mengundangnya. Beberapa teman dumay malah saya kirim undangan real karena selama saya berteman dengan mereka ada banyak kenangan yang membekas dan rasanya kami sudah sangat dekat saking akrabnya :D
Dan benarlah sesuai perkiraan, bahwa teman yang menghadiri undangan bisa dihitung jari. Justru teman-teman semasa ngekos kuliah malah datang, sampai terharu karena tahu mereka datang dari kota jauh.
Tidak saya sangka, teman seangkatan SMA ... yang notabene tidak pernah sekelas, hanya temanan satu organisasi, jarang tegur-sapa ... cowok lagi!
Kami cuma sekedar tahu, tak pernah ngobrol lama. Yang saya takjub juga adalah saat dia main ke Jogja, yang diingat ternyata saya. Weits, jangan mikir macam-macam lho ... dia awalnya minta info anak-anak alumni yang berada di Jogja, agar bisa ikut numpang nginep. Lumayan kan ... gratis~
Saya juga menyanggupi untuk ketemuan di Malioboro (semua orang tahu dooong) biar gampang nandain tempat. Dengan minta anter teman
langgan mbonceng, bertemulah kami di sana.
Trenyuh begitu mendengar ceritanya, bahwa saya juga merasakan siapa yang kamu anggap teman bukan berarti demikian bagi mereka. Seorang teman sekampung datang ke kota yang baru baginya, ada 'teman' untuknya tapi tak dipedulikan. Dia sedikit mengungkapkan kekecewaannya, bahwa tidak sedikit 'teman-temannya' sudah tak lagi menganggapnya teman. Mungkin saya salah satu dari sedikit teman yang tak keberatan main sebentar untuk sekedar berbincang ringan dan menyambung komunikasi. Bener lho, kalau mau ngajak ketemuan saya pasti sempatkan waktunya, cuman selama ini jarang ada yang ngajak ... *menatap tanah
Well, teringat note kecil yang pernah saya baca bahwa teman maupun 'sahabat' itu toh akan berganti ketika menapaki fase demi fase kehidupan. Apa sih yang abadi?
Pun ketika teman saya ini mau balik, ia sengaja datang ke kos saya
yang sumpeknya naudubillah ... hanya untuk berpamitan.
Pantesan dia nanya-nanya jalan lewat telepon. Saya pikir cuma telepon ataupun SMS saja kan bisa, toh saya bisa sangat maklum karena tak tahu jalan.
Sama juga saat menjelang saya lulus, dia sempat datang berkunjung ke rumah beberapa bulan selepas Ramadhan. Ebuseeet ... itu saya belom mandi lohh, dan saya dikira lagi tidur doang *eaa malah bangga~
Datangnya kali ini sama mantan adek kelas kami, walau sebenarnya saya nebak sudah naik pangkat jadi calon istrinya sih :))
Masyaallah! Masyaallah!
Satu pembelajaran berharga dari orang yang tidak saya sangka-sangka, niatan silaturahimnya kuat sekali. Semoga saya bisa datang ke pernikahanmu nanti yak, saya bisa malu 7 bulanan kalau sampai melewatkannya begitu saja.
Selepas menikah ... seperti biasa tak banyak berkomunikasi dengan teman-teman, kecuali beberapa orang yang biasa saya 'ganggu' :)) tapi teman cowok saya ini pernah menanyakan nomor hp saya pada salah satu teman lama juga. Hehh? Iya saya agak heran. Kan bisa lewat
inbox social media, pun setelah saya beritahu nomornya dia belum pernah menghubungi.
Nah, jadi pembuka awal itu nyambung gak sama inti cerita saya? ( ' ') ...