Tak cuma ilmu yang bisa kaudapat saat jengkal-jengkal kakimu melangkah keluar dari zona kuasamu. Tak juga melulu suvenir manis saat kau tiba di sebuah tempat asing. Jauh dari semua itu, kau bisa temukan butiran pesan cinta dariNya.
Maka bertamulah dan kenalkan dirimu pada keajaiban-keajaiban yg diciptaNya. Tajamkan indera-inderamu pada tadabbur Yang Maha Indah. Tatap varian warna bumi di balik lensa matamu sendiri. Lakukanlah perjalanan, dan lihatlah dunia!
Begitu quote yang saya buat ketika Mbak Rien mengadakan lomba kecil-kecilan. Alhamdulillah saya senang bisa jadi salah satu yang memenangkan buku Love Journey ini secara cuma-cuma.
Buku yang merupakan sejarah bagi para kontributor di dalamnya ini merupakan bintang empat saya dalam menemukan gaya baru soal bagaimana mereka bertemu 'cinta' dalam sebuah perjalanan yang berkesan.
Jadi begini, awalnya saya mengira bahwa ini mungkin bakal semacam buku guide tentang apa yang dibutuhkan dalam perjalanan, sebaiknya apa yg dilakukan maupun ke-khas-an apa yg ditemukan di sepanjang perjalanan mereka masing-masing itu. Tapi begitu saya baca ... saya bertemu 'kenalan' baru.
Dimulakan dengan perjalanan seorang pendaki yang kemudian bertemu dengan belahan jiwanya di alam Ciremai *wah, kampung halaman saya memang penuh cinta :p*. Hal serupa juga diceritakan dalam Cinta di Gerbong Kereta, Honeymoon ala Backpacker, It's A Long Journey, dan Cinta Bujursangkar.
Lalu ada juga beberapa cerita perjalanan di alam seperti dalam Malinau nan Memukau, juga 'guide' lengkap ala Mbak Rien dalam Menaklukkan Rasa Takut di Dasar Laut Pulau Dewata. Wah, kelak kalau saya ada kesempatan seperti beliau-beliau ini pasti terbantu sekali sudah baca deskripsinya di buku ini :D
Lain halnya dengan kisah bu dokter dalam Selamat Tinggal Gaza Sang Cinta. Percayalah, saya menitikkan air mata membacanya *buka kartu*. Terus lagi kisah deja vu-nya Om Yasdi bertemu belahan hatinya, kecintaan seorang ibu pada anaknya dalam Kain Gendongan Batik Sebagai Saksi Cinta dan, kecintaan akan ilmu berkomunikasi ala Mbak Yudith Febiola, cinta anak pada ibunya seperti tersaji oleh cerita Mbak Ulil Lala, cinta seorang bocah pada Oom yang bahkan baru dikenalnya, hingga kecintaan pada kendaraan umum seperti pete-pete ala Mbak Pia. Juga patah hati!
Ada juga kecintaan negeri bersama Mbak Helene dan Mas Fatah ... membikin saya makin ingin berkelana di negeri sendiri.
Cinta itu beraneka wujud.
Ada semacam perasaan tak terungkap saat sedang bertatapan langsung dengan alam. Mungkin suatu hari nanti ketika saya menemukan keindahan alam lain, saya cukup mengarsipkannya sendiri. Terus terang saya sangat tersentil dengan beberapa cerita dari buku ini. Saya ingin menjaganya juga. Dan beruntung itu adalah ... saya lahir di negeri yang alamnya meruah seperti Indonesia.
Perjalanan itu sendiri semacam fitrah manusia mengarungi hidup. Bukan melulu soal melangkahkan kaki dari titik satu ke titik lain, tetapi juga bagaimana manusia menemui berbagai setting dalam sekian waktu.
4 stars! :D