Home » Archives for October 2013
Wednesday, October 30, 2013
Sop Sayur Bening
[Writing Challenge] Short Autobiography
Bismillahirrahmaanir rahiim ...
Hai.
Seorang wanita kelahiran Juli baru saja menikah dengan pria asal Balikpapan pada 6 Juli 2013 lalu. Hobinya yang dulu mengoprek padanan kalimat bahasa Inggris kini merambah ke dunia memasak. Berbekal pengetahuan seadanya perihal memasak membuatnya ingin lebih banyak belajar aneka hidangan, terutama karena ingin menyenangkan hati suami dengan cita rasa masakan sang istri.
Dunia menulis sudah ia senangi sejak remaja. Saat ini belum ada karya lagi selain 2 buku antologinya di Mozaik Indie dan Boneka Lilin. Namun demikian, ia masih punya cita-cita untuk berkarya di dunia kepenulisan. Ssst ... terlepas itu semua, pemilik panggilan Neng ini tengah berharap karunia Illahi, yaitu segera diamanahi buah hati. Doakan saja ya ;)
Itulah sekilas tentang saya, cukup singkat walau saya tidak yakin ini sebuah autobiografi yang benar. Jadi tolong koreksiannya, semoga 'latihan' menulis seperti ini membikin saya semangat lagi menelurkan ide-ide untuk ditulis ke area yang lebih luas di kemudian hari.
*rasanya aneh pake gaya menulis gini, kaku amat ya? -___-
Sunday, October 27, 2013
Writing Challenge
'Tugas' berantai semacam begini sebelumnya pernah saya coba ikuti dalam tag medraw, meski sekedar oret-oretan tiada guna, paling enggak blog saya terisi, hahaha.... *jumawa
Jadi saya pingin kembali aktif nulis lah. Kalau sekiranya karya masih mandeg, paling tidak challenge seperti ini maksain diri sendiri agar kembali menulis buat ngasah-ngasah otak biar pinter bikin kalimat :D
Kali ini begini instruksinya:
14 tulisan saja, semoga bisa dikerjakan dalam 2 minggu. Sehari 1 tulisan bukan hal berat kaaan...
Bismillah...
Friday, October 25, 2013
Banua Patra: Second Party
Dandan tebal itu cuma sekali seumur hidup, hanya saat pernikahanmu!
Kesemuanya tak secara langsung dilepas, karena saatnya saya 'berkenalan' dengan keluarga suami, maka mertua sayalah yang kini mengawasi dan menasihati kami yang masih hijau dalam berumahtangga. Rasanya bersyukur juga pernah ngekos jauh dari rumah, setidaknya ada satu-dua hal yang mirip dengan anak kos, terlebih kami belum dikaruniai anak. Tapi saya takkan bahas itu sekarang, karena bakal gak nyambung sama judulnya :D
Bagi saya yang seorang introvert tapi pecicilan pingin tahu kerak globe dunia, xenophobia itu melekat erat meski sudah banyak tahun dilewati di luar kota kelahiran seorang diri. Begitu halnya sebagai anggota baru keluarga suami, saya gak mangkir kalau awal-awal merasa sangat asing dengan situasi dan kondisi di sini. Tentu saja lain ngekos, lain berumahtangga.
Saya berusaha untuk berpikir tenang, bahwa segala sesuatu bisa diatasi asalkan mau belajar. Belajar juga meyakinkan hati, bahwa pergi jauh dari keluarga bukan berarti tak pernah ada lagi yang akan memperhatikan dan menyayangi. Justru di bumi Allah-lah semua keridhaan bisa dicari, bahkan dimanapun itu berada.
Jiaaah, malah jadi panjang pembukanya.. -_-
Jadwal hijrah saya jadi dipercepat beberapa hari di bulan Agustus tersebut. Padahal rencananya malah kemungkinan baru awal September suami bisa jemput.
Mengingat banyaknya keluarga mertua yang tak bisa menghadiri akad dan selamatan pernikahan kami di Kuningan, maka atas anjuran dan saran beberapa pihak, keluarga mertuapun mengadakan acara resepsi pada akhir bulan September di Balikpapan. Dalam bahasa kami, resepsi oleh pihak suami disebut sebagai Ngunduh Mantu.
Singkat cerita, acara tersebut diselenggarakan di Banua Patra, sebuah gedung milik Pertamina persis di pinggir pantai. Pagi-pagi saya, Mamah dan Ati cepat menuju rumah ibu mertua untuk dirias.
Seperti biasa, perias salonan selalu menginginkan riasannya lengkap agar tampak bagus saat difoto.
Menggunakan gaun manten harus pakai kerudung yang tak nutup dada? Yah ... oke, karena nantinya ada sedikit penutup dari gaun yang saya kenakan.
Menggunakan bulu mata palsu? Oke ... walau harus pakai atas-bawah. Dengan ini saya mohon maaf sebesar-besarnya pada Tante Syahrini beserta para fansnya, bahwa ini tidak dalam rangka meniru-niru Tante Syahrini dalam berdandan. Bahkan insyaallah hiasan ini jadi tampilan perdana dan terakhir kalinya dalam hidup saya.
Yang membikin saya mulai terusik, perias meminta izin agar saya mencukur alis. Aduh kayak ketek aja dicukur-cukur padahal tidak mengganggu sama sekali. Alis saya ini sebenarnya sudah tampak terbentuk sendiri dari lahir dan memang sudah seupil tipis begitu adanya. Karena tak mau terlalu ngoyo akan bagusnya sebuah dandanan, lebih baik katakan tidak sebelum alis tambah setipis benang :|
Saya tetap saja tak bisa berperilaku anggun demi mendapatkan foto cantik yang manis. Tapi berkat dekor dan riasan lembut sang perias, fotonya cukup memukau juga :))
Beberapa foto lain bisa dilihat di sini
foto bareng para adik :D |
Monday, October 14, 2013
Halo, Borneo.
So, here I am.
Naik pesawat itu tak semenakutkan yang dikira, setidaknya hampir sama menakutkannya dengan naik lift ...
Saya manut suami sajalah, dia tak ingin merepotkan anggota keluarga saya. Makanya rencana keberangkatan kami menuju stasiun KA Cirebon biarlah dengan travel khusus. Padahal sungguh saya pingin diantar bapak atau siapalah yang jadi orang terdekat saya. Namanya putri pertama, mau pergi jauh dan gaktau kapan bisa baliknya ... wajarlah ortu-sama anak punya ikatan batin yg kuat, jadi perpisahan singkat itu cukup sampai di pagar rumah. Gak kuat rasanya kalau ingat Mamah nitipin saya sama suami, diminta dijaga baik-baik ... gemetaran menahan sedih dan haru melepas puteri sulungnya.
Hanya dari balik kaca mobil saya bisa lihat lambaian tangan orang-orang tercinta ... yang tak bisa lagi saya lihat setiap harinya. Kali ini mungkin cukup dari foto dan suara saja kangen-kangenannya.
Dari sederetan bangunan yang masih tersapu gelap menjelang subuh ini, sungguh kota kelahiran saya ini cantik. Meski tak segemerlap cahaya ibukota, namun saya tahu lampu-lampu di sini menelusupkan kehangatan di balik biliknya.
Sampai jumpa lagi, Kuningan.
Tepat pukul 6 pagi kereta kami tiba.
Dan yah ... menikmati perjalanan dengan seorang pria yang bisa kamu percaya itu lebih menenangkan dari siapapun. Tapi sedih ya sedih, wanita muda normal yang baru melepas lajang pasti tahu rasanya melangkah jauh dari keluarga yang bertahun-tahun merawatnya dengan luapan kasih sayang, sehingga mewajarkan soal ... yah ... menangis.
Rasanya aneh saya berusaha menyembunyikan tangisan saat ada seorang pria di sebelah saya. Sudah jadi suami, memperhatikan saya pula. Percayalah saya tak punya maksud untuk merusak suasana hatinya maupun selera makannya. Tapi perasaan meluap-luap seperti itu mana bisa ditahan? Bisa jadi penyakit nantinya.
Maaf Suamiku sayang, sedih itu pasti ada .. tapi kuyakinkan padamu bahwa ini sama sekali bukan salahmu.
Kami tiba di Gambir 3 jam setelahnya. Dengan salah masuk jalur keluar segala, kami segera mencari bus tujuan Soeta. Perjalanan tak begitu lama tapi sempet ketiduran sih, dan inilah pertama kalinya saya menginjakkan kaki di bandara ... oh, 3 kali ding kalo cuma nginjak.
Singkat cerita, pesawat singa sukses terbang dan mendarat di Sepinggan. Saya agak menyesal juga kenapa tak beli ransel yang besar untuk membawa barang-barang malah bawa-bawa tas cewek yang muatnya tak seberapa. Ayah dan Ibu sudah menunggu kedatangan kami. Saya jadi tak enak, padahal kan bisa saja kami sendiri ke rumah mereka dengan taksi.
Suhu lembab, tanah basah, langit gelap berawan. Oh, begini ya Kaltim ...
But lemme say HI for my future place, Balikpapan.
Wednesday, October 9, 2013
Curug Putri After Wedding