"Mengapa pria bisa setega itu ya ..."
Saya menyimbolkan diri dengan mengerutkan dahi.
"Aku sudah sampai di pengadilan tadi."
"Mau mengurus itu?"
"Tidak, hanya tanya-tanya."
...
Saya ini orang datar, sebenarnya. Menemukan 'cinta' sejati saja butuh waktu khusus bermuhasabah dahulu. Lalu bagaimana kalau seseorang bertanya. "Apa kamu bisa mudah memutus cinta lalu mencari yang lain dalam waktu singkat?"
Saya ditanya begitu oleh seorang wanita berumur 40 tahunan, sebut saja Ceceu. Profesinya sebagai tukang pijat, tapi orang-orang mungkin lebih familiar kalau menyebutnya sebagai dukun bayi. Mukanya bersih putih, malah saya kira masih umur 30an ... orangnya sigap dan cekatan, sehingga kami kira dia tidak betah di rumah saking 'terburu-buru'nya. Ia sering mengomel soal kebersihan selepas melahirkan, tentu dengan memberi tips cuma-cuma seputar kecantikan. Punya 3 anak, jagoan semua. Namun entah dengan suaminya.
source |
Sekian tahun tak dinafkahi bagi Ceceu sudah biasa. Anak-anak sudah besar, saya kira dia sudah sangat fokus dengan menafkahi kebutuhan sehari-harinya saja, nyatanya tidak.
Banyak yang menyarankan agar statusnya dipastikan saja lewat pengadilan agama (baca: cerai sepihak), karena siapa tahu ada lelaki lain yang lebih baik ingin memperistrinya? Dengan nada bercanda, Ceceu cuma menertawakan keadaannya yang tak lagi muda, dan kemungkinan kecil memikirkan pernikahan kedua.
Lalu pada siaran entertainmen pagi itu, ia banyak mengomentari artis yang sudah beberapa kali kawin-cerai yang kini membahas hal serupa dengan pernikahan ke sekian kalinya.
"Neng, artis kok bisa mudahnya pindah ke lain hati."
"Sensasi, Ceu ..."
"Sepertinya pernikahan cuma jadi permainan saja ya."
"Yah ... artis ... nggak tahu juga apa yang ada di pikiran mereka."
"Terus kok bisa ya melupakan cinta begitu saja? Neng gitu juga nggak?"
"..." (muter-muter otak mikirin cinta)
"Ceceu rasanya gak bisa kayak gitu. Biar suami salah, Ceceu tetap aja belain. Goblok memang. Apa ya ... Ceceu sudah cinta sama suami. Melepas begitu aja mana bisa!"
"..."
"Eh Neng, kalau cerai bisa balik lagi gak?"
"Bisa. Kecuali ditalak tiga kali."
"Oh."
Begitulah.
Entah ada angin apa yang membawa Ceceu ke pengadilan agama tepat di samping rumah kami ini, semoga dijauhkan dari segala keburukan. Tak bisa saya ikut campur akan urusannya sekalipun tahu permasalahannya. Mungkin jika waktu itu ada orangtua saya, perasaannya bisa lebih ringan. Apa daya saya tak bisa menyarankan apa-apa, pun karena pernikahan saya sendiri baru menginjak 1 tahun. Waktu yang terlalu muda untuk menyarankan ini dan itu. Hanya pembelajaran cinta yang bisa saya dapatkan dari sekelumit perjalanan seorang manusia.