Rating: | |
Category: | Books |
Genre: | Literature & Fiction |
Author: | Christina Tirta |
Ini salah satu karya yang juga agak ‘beda’ yang pernah saya baca dari novel-novel semi dewasa pada umumnya. Pertama kali saya klaim mungkin ceritanya bakal seperti distorsi kepribadian akibat peristiwa tragis atau semacamnya (seperti pada Sybill atau film ‘Soulmate/Belahan Jiwa’), namun nyatanya saya keliru.
Novel ini ber-setting profesionalitas pekerjaan seorang Mae yang direcoki jiwa kembarannya yang telah meninggal. Mae diceritakan sebagai tokoh invisible sebelum Laura, kembarannya meninggal dunia akibat kecelakaan (atau drugs? Atau percobaan pembunuhan? Semuanya bisa kalian kategorikan kalau membaca buku ini). Dengan campur tangan Laura, ia bahkan menjadi orang paling menonjol bukan hanya prestasi namun juga karier di VMH, hotel dimana ia bekerja. Pada usianya yang ke-25, ia telah diangkat menjadi public relation manager yang sukses membuat seluruh staf terkesima.
Namun bukannya tak ada usaha yang dilakukannya dalam meraih semua impiannya itu. Saudaranya Laura tega mem-blok semua keputusannya dan merencanakan hal-hal gila bagi seorang Mae yang pengalah. Hampir sekitar 3 bab, pengarangnya menulis sub judul ‘nasty plan’ dalam buku ini. Beliau menceritakan detail rencana2 tak wajar Laura dengan berkomplot dengan penjamah drugs, petugas rendahan, bahkan pamannya sendiri.
Semuanya terkuak di akhir novel. Kenapa orangtuanya hanya memberikan tabungan 500 ribu rupiah saja pada Mae dan bukannya tiara berlian seperti milik Laura? Kenapa hanya Laura yang dibelikan barang2 berkilau mewah sementara Mae tidak? Kenapa pula pada ujungnya Mae diperlakukan seperti saat Laura masih hidup?
Kalian bisa bayangkan sangat tidak adil sekali ketika orangtua memberi 50 perak rupiah sementara saudara kita diberi jaguar silver khusus. Yah, perumpamaan yang kelewatan sih, tapi kira2 seperti itulah hidup Mae selama 25 tahun usianya.
Saya mengetahui kenyataan mengejutkan pada akhirnya. Hilangnya saudara kembar ibunya, affair terlarang dengan paman sendiri, pencampuran ganja dengan alkohol yang mengakibatkan Ayumi koma di rumah sakit selama setahun. Semuanya berawal dari rasa iri yang berlebihan, simple but deadly dangerous. Rasa iri memang menggerogoti jiwa2 pemiliknya, betul tidak?
Membaca novel ini seperti ingin menampar the plain Mae (ini yang saya rasakan lho). Tokoh ini terlalu hidup pada masa lalu sehingga tak memberikan kekuatan sebagai seorang wanita mandiri yang sederhana. Makanya novel ini sukses membuat saya gemas ketika berkali-kali Laura berhasil menguasai tubuh, pikiran dan kehendaknya.
Biasanya saya silau pada novel yang mengangkat tema lux yang berlebihan, karena ini bukan Hollywood. Harta dan kesan ‘wah’ tak begitu dijelaskan secara detail, menurut saya. Deskripsi penataan latar tokoh-lah yang menarik bagi saya karena paparannya juga disampaikan dengan cerdas dengan tak melupakan pengetahuan2 umum, baik itu fashion maupun ilmu business.
Terus terang saya tak suka melihat/membaca tentang pemerkosaan. Makanya saya benci ketika tokoh ini nyaris diperkosa beberapa kali oleh orang2 yang over amazed padanya. Tapi syukurlah, ujungnya bukan pada cinta percobaan semata (baca: pacaran), tapi ke-gentle-an seorang pria dalam menyampaikan hal yang lebih berani: pernikahan.
Capek, iya. Tapi membaca novel ini tidak secape saya waktu membaca karya fiksi ‘dan ketika hujan berhenti’ yang mengangkat kehidupan remaja yang meledak2. Karya ini menyuguhkan flashback masa lalu yang rumit sehingga saya menyangka hukum karma berlaku di sini. *upps bukannya ngebandingin karya orang…*
Selamat membaca.
pengen bca jadinya :D
ReplyDeletebukan novel baru sih..
ReplyDeleteaih dbaca mb'anty.. *jd malu
makasih kunjungannya, mb :D
Hehehe.. Salam kenal ya, mba :) eh.. mba atau mas sih?
ReplyDeleteTersanjung bener deh baca review nya :)
DIM adalah novel pertama saya dan mengerjakan novel ini memang butuh komitmen karena sebelumnya saya gak pernah bisa tuntas menyelesaikan novel setebal ini hahaha...
Makasih banyak atas semua masukannya...
Btw, mba / mas ini penulis juga kah? ^^
...
ReplyDelete*diem dulu*
*dehem*
ini pengarang aselinya yah?
*panik*
*tenang lagi*
saya perempuan mbak, ini review lawas... kirain gak bakal muncul lagi ke inbox.
Ini kedua kalinya saya 'kedapatan' review buku dikomen langsung sama pengarangnya. Wah senang.. :D
saya belum memastikan bahwa saya penulis mbak. Isi jurnal ini juga acak-acak. Tahap latihan saja kali ya, soalnya belum menelurkan karya go public :)
proyek novelnya ada yg barukah? Sukses terus yah mbak, salam kenal juga.
Makasih banyak nyempetin komen di sini.. ;)
hihihi... justru saya dong yang seneng pas baca review novel saya... makasih banyak ya, non ^^
ReplyDeleteProyek baru belum ada... Hanya saja sesudah DIM emang ada 2 novel lg yang sempat terbit (beauty and the bitch dan swanderella).
Tapi sepertinya saya harus dalam kondisi semi depresi baru bisa menelurkan naskah lagi... Sekarang kebetulan depresinya ngumpet dulu (ntah kemana ngumpetnya) jadi kepala rasanya butek dan ide2 gak muncul lagi hiks hiks sedihnyaaa....
Ayo semangat, semua bermula dari kesenangan menulis dan hanya membutuhkan ketelatenan dan kesempatan untuk menelurkan karya. ^___^
teh, urang bandung?
ReplyDeletePantesaaan tahu banyak soal fashion...
Lho sama, dulu pas lancar nulis itu pasti dalam keadaan tertekan.. lancar jaya, ahaha.
iyaaa, cintah Bandung hahaa... emang kalau orang Bandung tahu banyak soal fashion ya? *garuk-garuk kepala*
ReplyDeleteJdi kesimpulannya? Yukk kita sama2 depresi dulu biar bisa nulis lagi hahaha
cuma 3 deskripsi soal Bandung buatku: kuliner, fashion, cantik.
ReplyDeleteAhaha..
Lagi depresi sih, tapi karena saking lamanya ga nulis... blank juga mulai dari mana.