Dalam diam, saya meradang. Benci pada diri sendiri mengapa tak mampu bersabar. Antrian mushola mini di sebuah kafe di Jalan Kaliurang tak bisa saya tolerir. Setankah mereka, ukuran kafe megah berlantai dua hanya memiliki mushola seukuran kamar mandi kos?
Saya pergi dalam resah panjang, berharap menemukan mesjid di sekitarnya.
#
Saya termangu mendengarkan getar nada bicara di seberang telepon sana. Ibu bilang Kuningan menggulita setiap malam. Bukan karena matahari tenggelam, tapi karena gardu utama listriknya meledak. Butuh satu bulan untuk memasang trafo baru, begitu kata pihak sana.
"Kami cukup puas bisa tarawih di rumah, walau Ibu agak sulit menyiapkan sajian berbuka dalam keremangan seperti ini."
Bagaimana dengan adzan, Bu?
#
Sia-sia, tukang parkir saja tak tahu soal mesjid. Saya berbalik kembali dan mengantri lebih lama. Benci pendaran neon, tak bisa menutupi kegelisahan hati.
Shof sudah sangat rapat tanpa hijab. Saya gugup, ingin rasanya memaki-maki diri mengapa bisa menyiput begini? Dua lelaki itu masih juga berdebat menentukan siapa yang hendak mengimami, deret wanitanya tertekan dan berdoa semoga kami masih beruntung. Tuhan... kami terbirit-birit menujuMu!
Salah satu lelaki mengalah, beriqomat.
"Allahu akbar."
Allahu akbar, Allahu akbar!
Astaga, isya telah diserukan...
* Turut mendoakan semoga padamnya listrik di Kuningan tak menyurutkan gairah Ramadhan sampai akhir
Home » Archives for August 2010
Monday, August 30, 2010
[FF] Maghrib Benderang
Sunday, August 22, 2010
Ada anak bertanya pada Ustadz...
Ada seorang anak Muslim Indonesia yang belajar ke Luar negeri tepatnya di Amerika yang dibiayai oleh Bapaknya yang kaya raya (korupsi kali ya)... setelah menyelesaikan Kuliahnya disana, diapun pulang ke Indonesia.
Ada sesuatu yang berbeda dari dirinya. Dulu yang fasih membaca Alquran...sekarang bacaannya buku-buku lintas agama (sekuler). Dulu suka ke Mesjid...sekarang tempat dugem dan banyak lagi sih perubahan yang mencolok.
Dia bertanya kepada teman-temannya di dekat rumahnya bahwa dia ingin mencari seorang ulama untuk diajak debat. (setelah dapat ilmu dari Amerika nih..lagaknya)
Setelah beberapa ulama maupun Ustadz yang tidak mampu mengalahkannya di bidang debat tentang kepercayaanya yang di dapat di Amerika. akhirnya datanglah salah satu Ustadz tua yang mungkin sudah sangat uzur...!!
pertanyaan nya sangat simple...sederhana...!!
1. Tuhan dimana? tidak nampak kan? sehingga Tuhan itu pasti tak ada...
2. Apa itu Taqdir....dia tak percaya dengan taqdir...sesuatu yg digariskan bagi setiap umat manusia...
3. Iblis terbuat dari api....dan mengapa Iblis dimasukkan ke Neraka sementara Neraka terbuat dari api...!! api koq sama api...kan kawan!
Sang Ulama tua nih pun tersenyum sedikit, serta tanpa basa basi langsung MENAMPAR nih anak.
Si anak langsung terkejut (langsung tereak KURANG AJAR NIH BANGKOTAN TUA)
sang Ulama tua hanya tersipu dan menjawab....bahwa itu JAWABAN dari semua pertanyaan itu...
Anak : "Mengapa kau tampar aku?"
Ulama:" kau kan ingin aku menjawab pertanyaanmu"
Anak: "apa hubungannya?"
Ulama:" tentu saja ada....Kau merasakan sakit?"
Anak:" tentu saja!!"
Ulama" nampak?"
anak :"tentu saja tidak!!"
Ulama: "itulah jawaban untuk no 1...Itu jawaban tentang adanya Allah!!"
Anak:' "?????...jadi yg kedua apa?"
Ulama:" Kau tahu kalau mau kutampar?"
Anak :"tentu saja tidak"
Ulama:" itu jawaban no 2...bahwa Taqdir itu kita tidak mengetahuinya..hanya Allah yang memberikan kepada siapapun umatnya tanpa umatnya tau...!!!"
Anak : "???? kalo Yg ketiga?"
Ulama:" tanganku dari kulit...pipimu dari kulit...ku tampar...tapi terasa sakit kan....Allah lebih mengetahui apa yang terjadi di langit dan di bumi...itulah jawabanku untuk no 3!!"
* copas dari seorang lelaki yang baik
kalau ada yang punya judul bagus, kasih saran yaaa...
Tuesday, August 17, 2010
Berkah Ramadhan, Mari Berbagi dengan Kreasi
Hmmff... jangan tanya kapan aku ambil foto ini. L.U.P.A...
Yang pasti, paket buah yang ada sekotak kurma Iran itu kiriman dari teman Apak...
*deudeuuhhhh haturnuhun, mugia dibales ku Gusti Allah...
Alhamdulillah, ketemu dengan himpunan PORY, semacam kelompok pecinta sepeda tua gitulah. Mereka mengadakan baksos Ramadhan dengan berbagi makanan berbuka puasa untuk orang-orang di seputar Malioboro. Ah, indahnya kebersamaan... :)
Nah kalo yang biru itu musisi jalanan yang kreatif bikin musik etnik sengan alat musik seadanya. Postingan videonya menyusul ya...
[FF] Iqro untuk Hana
Mata gadis cilik berkerudung biru itu terbelalak melihat banyak buku di sekelilingnya. Rak-rak toko dipenuhi buku dan alat tulis. Bagian etalasenya juga ditata rapi, sesuai ukuran buku.
Oh, ada Qur’an besar seperti milik Bunda! Tetapi belum saatnya ia membaca huruf-huruf keriting serumit Qur’an. Yang ia butuhkan hanya Iqro lima dan enam, persis yang disarankan guru mengajinya.
“Kakak mau pilih yang mana?” Notasi lembut yang sudah ia hapal menegurnya. Si gadis menolehkan wajahnya dan meminta maaf telah mengalihkan perhatiannya sejenak. Terdapat tiga buah Iqro di depan hidungnya. Dua buah diantaranya berwarna menarik, sementara yang satunya berwarna hitam dan agak tebal.
“Yang hitam ini kumpulan Iqro dari jilid pertama sampai ke enam, Kak. Lalu, dua Iqro ini sudah sesuai saran ibu guru,” Bunda menjelaskan.
Sejenak si gadis bingung, anjuran gurunya tentu sudah tepat. Tapi ia sendiri belum pernah membaca Iqro satu sampai empat.
Si gadispun menimbang-nimbang. Selain dirinya, si gadis teringat teman sebayanya yang sering duduk berhimpit dengan anak lain agar bisa ikut membaca Iqro. Belajar mengaji di bulan suci ini serasa tambah sulit saja.
“Setiap ngaji, Kakak suka nyempil ke teman-teman biar bisa ikut baca Iqro punya mereka lho, Bunda.”
“Iyakah? Maaf ya, kemarin Bunda belum belikan Iqro buat Kakak. Tapi sekarang, Kakak bisa langsung memilih Iqronya.”
“Bolehkah Kakak pilih yang hitam itu, Bunda?”
“Tentu saja, Kak. Ada lagi tidak?”
“Bolehkah Kakak minta dibelikan dua buah, Bunda?”
“Untuk apa, Kak?
“Hana juga ikut nyempil lho, Bunda. Kasihan sekali kalau nanti dia hanya nyempil sendirian. Bolehkah kita membelikannya sebuah Iqro, Bunda?”
*Terinspirasi dari kisah nyata
_____________________________________________________________________________
Tema: Ramadhan
Diikutsertakan dalam lomba Hadiah Lebaran dari berkah membuat FF oleh Mbak Intan
[FF] Melepasku
Aku mengikatkan tali sepatu kets usangku. Jantungku berdebar tak keruan, membayangkan sepatu ini masuk dan menjejak tangga sebuah burung besi yang megah.
Sejenak kemudian kutatap lawang kamar yang terbentang di sudut mataku; seprai biru, sang jubah ranjang berderit-ku beserta guling-guling kempis di sana, cermin mungil yang tergantung di dinding bulukku. Lama kupandangi, ternyata baru kusadari betapa sebuah nilai artistik tak selalu dari tangan seorang seniman.
Ia bergerak lambat, menatapku dengan mata presbiopnya. Kurasa ia mencoba meruahkan segenap telaga ketegarannya untukku. Menimang sisa-sisa waktu yang ada antara seorang bapak dengan lelaki tunggalnya. Menebas rasa ego antara dua pria dalam perbedaan zaman. Mengusik rasa haru yang seringnya menghampiri umat Hawa. Tak ada kata, tak juga suara. Hanyalah tepukan jantan di pundakku, seakan memberiku metafisik sakti untuk menjagaku di negeri baru.
Aku menggeret koper jadul pemberiannya yang berharga menuju travel Spartan di depan pohon jambu kami. Kuhempaskan diri di tepi jok mobil dan kubuka jendelanya agar bisa kulihat lagi raut khas itu. Derum mesin dinyalakan.
Masih kupandangi beliau seakan-akan hanya dialah pemandangan terindah di hadapanku. Masih dengan sesungging senyum di bibirnya,ia mengangkat tangan. Ia melambaikan tangan. Tiba-tiba mataku pedas, padahal aku berpikir lecut-lecut aristokrat bapak takkan pernah meluruhkan dongeng cengeng dalam biografiku. Pada nyatanya, aku belum mampu mengalahkannya…
_____________________________________________________________________________
Tema: Anak dan Ayah
Diikutsertakan dalam lomba Hadiah Lebaran dari berkah membuat FF oleh Mbak Intan
Monday, August 9, 2010
Sunday, August 8, 2010
Dialog Sajadah dan Lampu
Dialog Sajadah dan Lampu
“Dah, batukmu sudah tak terkendali”
Kubilang tak apalah, ini sudah biasa
“Aku benci tak bisa terus menemanimu”
Kubilang tak apalah, kamu tak bisa menolongku
“Tahukah batukmu bisa membuatmu lapuk Dah?”
Aku diam tak berusik
“Kau ini sial berada di belakang, Dah”
Kubilang ini bukan mauku
Batukku menjadi
“Sabarlah Dah, Tuhan telah menentukan waktu”
Seret-seret kaki kurasakan menjauh
“Batukku cukup mereda, Pu”
“Aku ingin dia segera tiba, Pu”
Lampu terdiam
“Kalau dia ada, batukku tentu sembuh”
Lampu telah tertidur
7 Agustus 2010
Jelang Ramadhan, mari ramaikan masjid
*Tulisan Dalam rangka mengikuti lomba puisi ramadhan "Zahiya Cute"
Mbakyu2, kangmas2, meski tulisan saya tak sebagus para sastrawan/wati, saya ikut partisipasi dan meramaikannya ya... (agar saya memaksakan sendiri untuk terus menulis).
Untuk para juri, tetep semangat yaaa!
Saturday, August 7, 2010
Partly Cloudy
Sedang belajar menulis cerita anak, harap maklum kalau kalimatnya masih berantakan dan njlimet. Tolong kasih saran ya teman-temanku yang baik
Bangau-bangau dari negeri awan bertugas mengantarkan anak-anak ke dunia. Ada yang mengantarkan bayi manusia, anak kucing, anak anjing, dan anak-anak manis lainnya. Mereka memperoleh bayi-bayi itu dari awan-awan yang bertugas menciptakan para bayi.
Masing-masing awan memiliki satu bangau untuk mengantarkan bayi yang mereka ciptakan. Para awan yang berkumpul di sana akan membentuk pola bayi dari segumpal awan, kemudian mengalirinya dengan listrik untuk menghidupkannya. Setelah itu, bayi tersebut akan dibungkus oleh kain putih. Dan para bangau akan menjepit ikatan kain di paruh mereka agar tidak jatuh selama pengantaran.
Di antara awan-awan cerah itu terdapat satu awan yang terlihat kelabu, sebutlah Awan Mendung. Awan Mendung juga menciptakan bayi-bayi. Tapi ia membuat bayi-bayi dari induk makhluk liar. Bangau suruhannya pun terlihat paling lelah di antara bangau-bangau pengantar lainnya. Tak heran bila awan inilah yang terlihat paling murung, karena dia sedih melihat Sang Bangau sering kewalahan mengantarkan bayi-bayi ciptaannya.
Seperti biasa, Sang Bangau milik Awan Mendung kembali ke tempat tuannya untuk menjemput bayi antarannya. Kebetulan, Awan Mendung sudah mempersiapkan sebuah bayi untuk diantarkan. Tarraaa! Seekor bayi buaya ditujukan pada Sang Bangau. Tapi saat Sang Bangau mau menimangnya, sang bayi malah mencaplok kepalanya. Beruntung ia tidak memakan Sang Bangau sehingga Sang Bangau masih hidup. Awan Mendung segera membungkus bayi tersebut dan menyuruh Sang Bangau untuk mengantarkannya.
Beberapa lama kemudian, Sang Bangau kembali ke tempat tuannya. Dia kembali dengan beberapa helai bulu sayap yang rontok. Awan Mendung lalu membantu membersihkan tubuhnya.
Pandangan Sang Bangau tertarik oleh salah satu temannya. Di sana, temannya sedang bergembira menyambut kehadiran anak-anak ayam yang lucu. Di seberang sana, ia juga melihat kegembiraan teman yang lainnya sedang bermain-main dengan anak anjing yang baru diciptakan.
Saat tersadar ia diamati Awan Mendung, Sang Bangau menjadi merasa bersalah dan buru-buru ingin melihat bayi ciptaan tuannya yang baru. Ia tak mau tuannya merasa bersedih.
Ketika Awan Mendung selesai menciptakan bayi baru…
Jduk! Sang Bangau diseruduk oleh tanduk kecil anak kambing!
Oh, kasihan sekali Sang Bangau! Dan seperti biasa, iapun mengantarkan sang bayi ke induknya dengan tingkah anak kambing yang tak bisa diam menyeruduknya.
Sang Bangau kembali dengan cepat. Kali ini Awan Mendung menunjukkan segumpal awan kecil yang belum dipoles sebagai makhluk. Sang Bangau pun tertarik untuk memegangnya, maka ia meminta Awan Mendung agar memoles gumpalan tersebut dalam dekapannya.
Tapi, apa yang terjadi? Awan Mendung ternyata memolesnya menjadi anak landak! Sang Bangau menjerit-jerit kesakitan karena tangannya tertusuk duri landak. Ketika kembali, Awan Mendung mendapati Sang Bangau kembali dengan sekujur tubuh penuh duri. Iapun membantu Sang Bangau mencabuti duri-duri tersebut.
Untuk kesekian kalinya, Awan Mendung menunjukkan bentuk ciptaannya. Tetapi, apa yang terjadi? Sang Bangau tampak ketakutan ketika melihat bentuknya yang besar dan bertaring. Rupanya Awan Mendung mau membuat bayi ikan hiu!
Di tengah rasa takutnya itu, tatapan Sang Bangau mengarah ke awan di atasnya. Tanpa permisi dahulu, ia meninggalkan Awan Mendung dan terbang ke sana. Betapa terkejutnya Awan Mendung! Ia tak mengira Sang Bangau akan lari ketakutan seperti itu.
Awan Mendung merasa dikhianati pengantar sekaligus teman setianya. Bukan main sedih, kesal, marah, dan kecewanya Awan Mendung sehingga makin lama warna tubuhnya semakin menghitam. Ditambah lagi, ia melihat awan lain memberikan sebuah bungkusan pada Sang Bangau. Hancur sekali Awan Mendung! Ia menangis, sehingga timbullah hujan dari tubuhnya.
Tiba-tiba, ada selembar bulu putih hinggap di atas hidungnya sehingga ia berbalik untuk mencari sumbernya. Olala, Sang Bangau yang ia kira berkhianat ternyata kembali padanya. Sang Bangau membuka bungkusan yang tadi ia terima. Sebuah baju rugby lengkap dengan topinya terpampang di sana.
Ternyata Sang Bangau berkunjung ke awan atas untuk meminta saran untuk melindungi tubuh kurusnya. Dan… perlengkapan inilah yang diberikan; satu set baju rugby beserta helmnya!
Awan Mendungpun tak bersedih lagi, ia memeluk erat Sang Bangau dan kembali menunjukkan bayi ciptaan yang selanjutnya.
Diceritakan kembali oleh Vera
Sumber asli: film produksi Pixar berjudul ‘Partly Cloudy’