gambar
oleh: Hasta Indriyana
Rumah kita penuh cinta. Ikat-ikat jagung
Di lelangit, gerumbul padi di lumbung, juga
Tumpukan kayu. Tak ada cerobong, tapi asap dapur
Berkepul senantiasa
Air yang cukup tersimpan di gentong. Pelepas haus
Ketika kita rindu bertemu
Anugerah ini seperti tatap matamu yang menyimpan
Sejuta kerindangan. Tak henti-henti mengalirkan
Dzikir hakiki
Rumah kita dipenuhi cinta. Sesekali tikus-tikus
Kecil lewat sesekali kekupu masuk tanpa merasa
Salah alamat sesekali berseliweran isyarat-isyarat
Atap ini bukan buat sembunyi tapi
Semacam keteduhan dari kemarau yang memangsa
Nurani, semacam kehangatan dari hujan air mata
Yang menerjang cinta kita
*ini adalah puisi kenangan ketika saya menginjakkan kaki di kampus (tepatnya saat OSPEK). Bahasa yang dulu saya anggap amat biasa, namun kesederhanaannyalah yang membuat pernik-pernik indah ketika Mas Hasta pendeklamasikannya di Pendopo Tedjokusuma.
Saya beruntung melihatnya berdeklamasi lucu di sana. Saya kangen masa-masa itu, sungguh.
Home » puisi » Rumah Kita Penuh Cinta
Tuesday, October 19, 2010
Rumah Kita Penuh Cinta
lainnya dari puisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Sungguh indah.
ReplyDeletemas muha: bagus ya mas?
ReplyDeleteMbak firda: iya mbak, apalagi waktu Mas Hastanya beraksi... :'')
simpel....laik dis..*siap2 nempel jempol*
ReplyDeleteihhhh keren puisinya :)
ReplyDeleteihhhh keren puisinya :)
ReplyDeletemas muha: .... *pasang aksi bungkam menolak pemasangan jempol dan OOTmaniak
ReplyDeletemb ivon: memang mbak...
Apakabar mbak?
wedew..*membatalkan pemasangan jempol, melanjutkan keOOTan*
ReplyDeleteAlhamdulilah baik. vera gimana? :)
ReplyDeletealhamdulillah segar bugar :)
ReplyDeletembak katanya udah ke jogja lagi ya? Udah dapat job di sinikah?
Insya Allah minggu depan bru mau ngecek tmpt kostnya say...sepulang dr rumah paman di bandung :).
ReplyDeleteAda waktu bisa ketemuan lg gak?
nanti sms lagi aja, mbak. Mudah2an ada.
ReplyDeletewelcome back to Jogja :)
tadi udah ke sini tapi keburu kabur......
ReplyDeletekulonuwun.....iam back hehehe
rumah seperti itu aku pernah mengalaminya....
Ini puisiku tentang rumah itu
ReplyDeletejangan mencintaiku
aku...
tiada bahagia
tiada harta
tiada mesra
tiada perkasa
tiada segalanya
biarkan aku yang
mencintaimu
duh so sweet...
ReplyDeleteMas dadi bisa romantis juga toh... :)
yah itulah, rumah penuh cinta :'')
tanpa hartapun, keindahan di dalamnya selalu dirindukan.
rumah itu tinggal kenangan....untung masih bisa jepret sebelum rumah itu mengakhiri usianya...
ReplyDeleteeh?
ReplyDeleteSayang sekali ya :(
puisi indah. itu puisi komen yg ada gambarnya juga indah.
ReplyDeleterumah sendiri emang indah.
iya mbak, banyak kehangatan di sana :)
ReplyDeleteaku suka ayat ini
ReplyDeletehihi, aku lebih suka penggunaan kata 'ayat'mu mbak :*
ReplyDeletepadahal aku ga bikin ayat pun:-)
ReplyDelete:)
ReplyDeletehihi ndak papa, makasih kunjungan sorenya.
mau nya berkunjung selalu...nih ntah apa aja bikin sibuk huhu
ReplyDeleteheu heu, bagooosss...
ReplyDeleteLanjutkan aja sebelum benar2 supersibuk :D
haha thanx.. time for dinner..
ReplyDeletesama2, monggo... :)
ReplyDeletepak totok geje nih... (- -'')... <---- akibat ngeliat di hape
ReplyDeletemakasih lagunya, pak :)