Penerjemah: Ucu Fadhilah
Penerbit Buku Kompas
Indonesia sebagai kepulauan yg punya banyak budaya tentu saja seperti jelajah dunia. Kita keluar negara, maka akan jumpa dengan orang asing berbicara dengan bahasa yg tak dimengerti, pun kebiasaan yg tak pernah kita jumpai di negeri sendiri. Tapi ... sekali lagi, ini Indonesia. Anda bepergian ke perbatasan atau ke lain pulau, bisa dipastikan Anda menemui 'orang asing' dengan bahasa berbeda.
Saya ini Sunda tulen rumahan. Pertama kali saya menginjakkan kaki di Jogja untuk melanjutkan studi, rasanya berada di luar negeri, katakanlah itu saya batasi dari segi bahasa. Tak bisa saya jumpai orang berbahasa Sunda! Geli-geli romantik kalau ingat kembali.
Akibat rumahan itu, saya sering mengalami xenophobia. Secara tak langsung, tulisan Pak Hisanori Kato rasanya membikin saya jadi ingin lebih bisa membuka diri terhadap orang asing.
Saya pikir orang Indonesia yang bisa berinteraksi dengan orang asing tanpa rasa takut atau malu itulah yang disebut manusia internasional yang baik. (10)
Agaknya kurang tepat bahwa penulis menjadikan bukunya sebagai 'Kangen Indonesia', karena yang saya baca kebanyakan kehidupan di Jakarta. Hebat, beliau sangat tertarik orang-orang pribumi sehingga betah berlama-lama di kota yg konon banyak bedebahnya itu ya...
Kadang saya heran kenapa beliau tidak mencoba keluar dari Jakarta? Saya kira 'kenalan' dengan Indonesia-nya akan lebih beragam kan?
Sejauh yang saya baca, beliau mungkin tertarik.... dan masih akan sangat tertarik pada kehidupan ibukota. Menurutnya, ibukota Indonesia itu sangatlah 'luar negeri'... hahaha bisa aja si bapak...
Beliau tak berpikir akan makan masakan Jepang menggunakan tangan, tetapi pasti akan melakukannya ketika memesan makanan di RM Padang. Hal nomor satu yang dibahasnya adalah mengenai pemakaian kata "Tak apa-apa" ketika bagi beliau, kondisinya sebetulnya akan sangat 'apa-apa' jika dibandingkan dengan orang Jepang, terutama kaitannya dengan waktu.
Kalau dipikir-pikir, teman-teman saya yang baik juga banyak sekali yang sangat pemaaf... misalkan dalam memenuhi janji, seringkali ada orang yang gemar (bahkan sengaja) memepetkan waktunya untuk datang ke TKP. Itu hal lumrah, dan sudah terjadi, mau apa lagi selain:
"Gak papa..." <--- sambil pasang muka asem.
Parah-parahnya palingan pergi melengos tanpa sepatah katapun. Tapi kalau dia yg terlambat sudah mengejar dan minta maaf, bisa dipastikan jawabannya "Gakpapa" juga... :))
0 comments:
Post a Comment