Home » Archives for 2010
Thursday, December 30, 2010
East of my world...
Monday, December 27, 2010
Friday, December 24, 2010
Takdir Peri Ketigabelas
Peri ketigabelas merenungi nasibnya. Singgasana kecil ini serasa makin sempit, seakan menciut dan mengerut. Matanya mengarah ke luar jendela. Rasa sesak memenuhi paru-paru menyaksikan bagaimana penduduk bumi memusuhinya. Walau sudah berabad lalu ia mengutuk seorang putri kerajaan, ia masih amat dibenci hingga kini.
Sempurna selalu mengikuti sang putri. Ia dicipta tak hanya amat cantik bak bidadari bermata manik, tapi juga bermoral mulia seperti malaikat. Kini ia tengah bahagia dengan pangeran tampan dari negeri seberang.
Mereka dieluk-elukkan rakyat, tanpa pernah berdoa kebaikan untuk seorang peri yang tak dipedulikan keberadaannya.
Masih di dunia yang sama, si peri menerawang pengap. Menengadah ingin melihat kesibukan Brothers Grimm memperkaya keadaan mereka atas keberhasilannya mempersatukan sang putri dan pangeran berkuda putih. Mungkin juga tengah syukuran atas si peri yang akhirnya tersingkir dari singgasana dunia.
Tahukah kamu apa itu singgasana terindah di dunia ini? Yaitu singgasana yang bila kamu miliki akan membuat gembira siapapun: HATI, dan kursinya adalah kasih sayang.
Dongeng adalah dunia dimana kamu tak dapat merubah nasibmu di tangan pengarang, dan tak dapat mengubah dirimu ketika peran antagonis harus kamu perankan.
Si peri memandang penuh amarah pada Grimm, mencela dan memaki mereka habis-habisan. Mereka telah egois menetapkan hal baik dan buruk seperti hitam dan putih, persis seperti malaikat dan setan. Sialnya, peran setan itulah yang terlempar pada peri ketigabelas. Hingga saat ini, para manusia beranggapan bahwa tigabelas adalah angka sial.
Lelah mencerca, si peri terduduk lelah di kursi reotnya di depan perapian. Tangan kecilnya memukul-mukul satu-satunya kitab yang ia miliki. Padahal ia tahu, hanya di sanalah takdirnya digariskan.
Hantaman pada bukunya terhenti, si peri sudah letih. Ia kembali tenang di depan perapian. Terlihat setitik air menetes dari sudut matanya, lalu meluncur membasahi kitabnya.
Hidup pendek peri ketigabelas takkan pernah singgah--apalagi bermuara di singgasana itu. Betapa tak adilnya sang pengarang menakdirkan dongengnya: mencitrakan segala kebaikan untuk sang puteri, sementara kejahatan harus pekat menguntit si peri.
Sementara si peri tak punya tempat berlari, iapun tak pernah diizinkan singgah di hati manusia-manusia itu. Padahal, ia sendiri memiliki hati untuk mendengki..
Sederet huruf emas mengilat diterpa cahaya api. Tertera jelas sebaris frase kitab takdir si peri:
PUTRI TIDUR.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tamatlah riwayat peri ketigabelas tanpa kematian. Dunia kita dunia fana yang real, ia amat sulit diterka akhir kisahnya. Betapa beruntung kita menjadi makhluk yang dimuliakan oleh Sang Kreator paling berkuasa: Tuhan.
Manusia itu makhluk abu-abu, putih itu malaikat dan hitam adalah setan.
Kita bisa saja berlaku malaikat ataupun setan :)
Jangan lupakan juga bahwa hidup itu warna-warni, dan Allah amat tahu bagaimana hujan yang tercurah berpadu dengan matahari untuk melukiskan gradasi pelangi.
Berbahagialah kita yang tak hidup dalam dunia dongeng. Kita adalah pemain fakta yang pencapaiannya bisa amat beraneka cipta.
Kita berbudaya untuk dunia sendiri, kita menjadi peradaban, kemudian bersiaplah kita menjadi sejarah mencengangkan di tiap-tiap masa.
.
.
.
Selamat memperbaiki diri.
1 Muharram 1432 H.
Ketika Berada di Titik Jenuh...
Tiba-tiba kok ingat zaman SMA dulu. Berat rasanya ketika masuk jurusan yang tak saya sukai. Terlebih lagi, nyaris semua 'musuh' pelajaran saya di situ semua.
Tapi yang masih jadi keheranan saya sampai saat ini adalah mengapa menulis apapun saat itu terasa jauh lebih mudah ketimbang sekarang? Padahal kalau dipikir-pikir, waktu luang saat kuliah itu jauh lebih banyak. Bukankah semestinya bisa lebih produktif ya?
Agak tercenung juga saat teman sekelas saya dulu mengutarakan kebiasaan saya saat di kelas.
"Kamu tuh, kalau keliatannya lagi jenuh... udah pasti ambil buku dari kolong meja, terus oret-oretan, entah jadi gambar atau tulisan. Dan kalau sedang bertapa begitu, ga bakalan aku sapa soalnya percuma: pasti kamu ga bakal noleh kecuali ditepok dulu."
Sebenarnya tak perlu heran karena saya sendiri merasa begitu. Tapi ya tetap saja saya merasa tak enak, membayangkan sudah berapa orang yang saya cuekin selama sekolah? Apa saya semi-autis?
Stop.. lupakan itu, kembali ke curhat hobi.
Kali ini kaitannya dengan membaca. Dulu saat masih SD, saya tak suka baca tuh. Kecuali saat dengan terpaksa jaga toko, teman satu-satunya yang secara refleks saya ambil hanyalah buku cerita rakyat demi membunuh kebosanan. Tapi ketidaksukaan-membaca ini juga kurang tepat, wong tiap mampir ke rumah Neng Astri, mata saya pasti melirik ke tumpukan majalah Bobo langganannya. Percaya atau tidak, begitu saya duduk di tepi kasurnya, dia berkomentar langsung, "Tuh tuh, kalau Vera maen ke sini, pasti tangannya ngambil majalah Bobo deh."
*maap ya saya suka towel-towel majalahmu, Stri. Dulu pan saya masih polos banget :D*
Sampai sekarangpun, masih saya ingat dia berkomentar begitu. Kalau diingat-ingat, saya jadi malu karena terkesan kurang bahan bacaan padahal Apak berdagang buku.. *alesan padahal males baca buku nonfiksi*
Akhirnya saya utarakan keinginan saya untuk berlangganan majalah Bobo pada Mamah. Sip, beliau setuju juga walau beberapa tahun kemudian berhenti langgan karena harganya yang kian mahal *cry*cry*cry*
Hobi yang sedang gandrung-gandrungnya saya senangi ternyata harus di-cut paksa. Mungkin itu pertama kalinya saya merasa kecewa berat. Karena itu jugalah saya mesti bolak-balik ke cerita-cerita rakyat dan perdongengan ala barat.
Semuanya khatam saya baca walaupun tak sampai ingat runut alur cerita. Mungkin Sangkuriang yang tertukar sama Roro Jonggrang, atau Timun Mas sama Thumbelina. Lebih parah lagi Putri Salju bisa saja dimerger sama Lutung Kasarung *ini mah enggak ding *.
Awal semester masih mending saya hamburkan uang demi pinjam buku di rental ketimbang kuliner wisata di Jogja *nah kan, ketauan katroknya saya kenapa sering nyasar*. Sampai-sampai rela nyewa Harry Potter ke-5 seharga Rp15000 dalam sehari. Benar-benar khusyuk baca itu novel seharian sampai nyaris tak ngobrol dengan seorangpun anak-anak kos. Yang penting, malam esoknya saya bisa mengembalikan buku itu. Beuu... datang-datang saya dikeprokin penjaga rentalnya *sambil lirik orang yang antre mau minjem buku itu, heuheu ya maap, kelamaan nunggu ya Mas?*.
Berbalik keadaan dengan semester akhir ini yang sebenarnya punya tabungan yang lumayan dan waktu luang yang hebat, kenapa justru ghirah baca saya turun dengan drastis?
Fadhillah Amal yang sudah dikopi tahun kapan juga belum saya tamatkan. Lalu, novel kecil Pak Jostein Gaarder saja belum tamat! (padahal jatahnya cuma 2 minggu peminjaman, minggu ini mesti balik)
Padahal dulu baca Dunia Sophie saja tak sampai seminggu *tentu dengan ngelewat-lewatin ajaran filsafatnya :p*
Ada apa dengan saya ya...?
Maaf catatan saya kali ini hanya curhat lepas yang tak bermanfaat buat kalian yang baca *sayang sekali ya, kenapa juga kalian baca?*.
Mungkin ini juga kali pertama saya membuat sebuah curahan hati tentang diri sendiri. Dulu anggapan saya, menulis diri sendiri itu seperti mengungkap aib secara gratis pada pembacanya *nah, rugi kan?*. Mungkin ini juga jadi alasan kenapa orang bilang saya perlu membuka hati. Ah mana saya tahu buka hati itu seperti apa.. :D
Sekarang mungkin sudah ketahuan sebagian aib saya. Ah tak apalah, saya sedang ingin menulis apa yang ujug-ujug terlintas saja. Kalau saya curhat, tak apa-apa kan?
Setidaknya sekarang saya sudah merasa agak 'lepas' *fyuh
11.21 pm
13 Desember 2010
Tuesday, December 21, 2010
Tuesday, December 14, 2010
Menunggu Hadirmu
Duhai kau yang tak pernah lagi kudengar,
apa kabarmu di sana?
Masih kuingat jelas
kau berpeluh ketika kusentuh
Manis, meski kau hijau dan suci seputih salju..
Mengapa begitu lama tak melintas di terasku?
Tahukah tanpamu malamku hampa, siangku lesu
Hanya karena terbayang siluetmu
Siulanmu membangkitkan semangatku
Wangimu sejati takkan ada yang menyamai..
Oh sayang,
datanglah padaku segera
aku tersiksa karenamu.....
Putu.
14 Desember 2010
semoga masih ada putu di zaman ini, semoga keinginan saya makan putu bisa terlaksana secepatnya. Aamiin.
Monday, December 13, 2010
Saturday, December 4, 2010
Hah... menikah...?
Kapan saya dewasa…
Saya ditelepon, diceritakan seorang wanita paruh baya mengenai pernikahan yang akan dijalani kakak lelaki semata wayang saya. Merencanakan sebuah pernikahan pertama dalam keluarga kami semestinya merupakan hal baru yang membikin anggota keluarga jadi amat antusias. Lain halnya dengan saya: santai dan tak berpikir macam-macam mengenai persiapan pernikahan si aa.
“Kita persiapkan biasa saja ya, Teh. Mamah khawatir kalau nanti ada kedatangan tamu yang akan berniat baik pada Teteh ke rumah dalam waktu dekat, sehingga Mamah juga harus bersiap-siap mengadakan dua hal sakral yang nyaris bersamaan…”
Deg. Ada perasaan tak rela saat kata-kata itu keluar dari mulut seorang ibu. Tak rela melepas diri menuju tanggungjawab yang lebih besar, tak rela ketika anak kecil dalam raga inipun sudah saatnya memudar, tak rela juga saat usia seorang wanita begitu menghimpit dan harus mulai terikat pada sebuah ikatan pernikahan.
Mamah yang seharusnya lebih memperhatikan pernikahan kakak saya saat-saat ini, mengapa justru memusingkan pernikahan saya kelak? Padahal sungguh, berkali-kali saya katakan bahwa belum pernah ada hubungan serius apapun ketika saya bergaul dengan teman-teman.
“Kamu sudah kepala dua, Teh. Untuk wanita seumuranmu sekarang ini, adalah wajar sudah memiliki calon pendamping, dan sudah amat pantas untuk menikah…”
Ah Mamah, belum juga saya membaktikan diri kenapa umur rasanya cepat sekali menjadi tua? Saya belum apa-apa pada keluarga, bagaimana lagi kalau saya punya keluarga yang baru??
28 November 2010… dua teman kuliah saya menikah pada tanggal tersebut. Alhamdulillah, pada akhirnya mereka benar-benar bersanding di pelaminan yang insyaallah disukaiNya. Barakallahu ya temans.
Tak cuma santapan nikmat yang tersaji, foto-foto yang mengantri, juga souvenir yang diminati, tetapi juga ajang reuni bagi kami para mahasiswa PBI yang tak lagi saling menanti. Apa pasal? Tak semua mahasiswa PBI mengambil sertifikasi khususon yang disediakan oleh jurusan karena hukumnya sunnah, sehingga kelulusan kami tak bisa serempak bersama-sama.
Senang rasanya bisa bertemu dengan teman-teman ketika masih aktif kuliah dulu (walau tak semuanya bisa ditemui). Dengan begitu, saya jadi tahu keadaan mereka setidaknya sampai hari tersebut.
Lichun (nama disamarkan) yang menikah beberapa bulan lalu tengah berbadan dua, begitu pula dengan Hessy. Sempat saya menggandeng lengan Lichun sambil berhati-hati jangan sampai membuatnya tak nyaman… :hadeh, jadi parno duluan:
Saya pandangi dia barang satu-dua bentar lamanya… lalu menyadari ternyata teman saya yang manis ini telah memasuki masa kedewasaannya sebagai seorang wanita SEUTUHNYA. Kelak ketika buah hatinya lahir, Lichun mau tak mau harus siap menjadi seorang ibu.
Tak hanya Lichun, Hessy teman saya yang cantik juga datang bergandengan dengan suaminya, juga punya perubahan yang sama: siap menjadi seorang ibu.
Memandangi keduanya membuat saya sedih, setidaknya saya menyadari bahwa saya tertinggal oleh hal penting; berubah. Saya bukannya tak ingin berubah, tetapi melangkahkan kaki menuju sana agaknya masih butuh keberanian besar bagi saya.
Rasanya ada ketakutan sendiri ketika memikirkan sebuah pernikahan. Saya tak pernah berpikiran bahwa menikah adalah hal yang mudah. Saya akan dituntut komitmen dalam rumahtangga. Kalau rumahtangga katanya diibaratkan seperti kapal di tengah samudera, berarti awaknya harus siap menjadi kompas ketika nahkoda tengah mabuk dan hilang arah. Dan satu hal yang masih menjadi keraguan terbesar saya: mampukah saya?
Perkara menikah bukan main-main, begitu selalu kata hati saya. Saat teman-teman wanita saya mendambakan pernikahan dengan pria ideal idaman mereka, mengapa saya masih ketakutan menghadapi hal sakral yang katanya membahagiakan itu?
Pernah juga saya memaklumi diri, mengapa begini santainya saya menuju masa depan yang ‘berbeda’? Padahal saya akui umur saya mungkin saja tinggal menunggu detik ke sekian. Uyie bilang, “Kalau bisa, menikahlah sebelum umurmu menginjak 25 tahun.” Ingin rasanya menjerit, mengapa bisa secepat itu?
Hati saya belum mantap benar…
Mungkin Uyie ada benarnya saat berkata, "Buka hatimu, Neng..." Ya ya ya bilang seperti itu mudah saja, tapi bagaimana lagi kalau memang belum siap?
Tapi percayalah Mah, saya masih takut menikah.
Wisuda Gusti 2 Desember 2010
Memang banyak pemandangan indah kalau pergi ke wisudaan...
Buat Gustika Sari, congrats atas kelulusan dan kelolosan CPNSnya. Walau perjumpaan kita singkat di Jogja, semoga perjuangan kita dalam ikut mencerdaskan anak bangsa tetap ada walau tak lagi bersama.
Semoga persaudaraan erat ini selalu terjaga :')
Monday, November 22, 2010
Binahong
Beberapa hari ini tenggorokan saya rasanya tidak enak, sakit untuk menelan seolah-olah di dalamnya membengkak. Seperti biasa juga Mamah kasih saran agar saya minum obat antibiotic yang bisa diperoleh di apotik. Tak lupa disarankan juga meminum sederet ‘suplemen’ lain demi tenggorokan saya.
Salah satu suplemen tambahan yang disarankan ialah dengan mengonsumsi tanaman herbal binahong. Tanaman binahong ini merupakan tanaman rambat yang hidup di lingkungan dingin dan lembab. Sekilas tanaman ini seperti tanaman rambat biasa, sehingga seringkali dipangkas karena dikira tanaman liar.
Biasanya Mamah merebus 7 lembar daun binahong untuk dijadikan semacam minuman herbal setelah sebelumnya disaring terlebih dahulu. sebenarnya ini hanya masalah selera saja: baik disaring maupun tidak, tak menimbulkan efek berbahaya karena merupakan ‘obat’ herbal. Rasanya seperti cincau, hanya saja dalam zat cair
Di Indonesia biasa disebut gendola (Basella rubra Linn), dengan nama latin Anredema Cordifolia (Tenore) Steenis. Hampir semua bagian tanaman binahong seperti umbi, batang dan daun dapat digunakan dalam terapi herbal.
Mamah sering mengonsumsi binahong karena merasakan khasiatnya dalam tubuh (menjadi segar). Belakangan saya tahu tanaman ini ternyata punya ragam manfaat yang belum banyak diketahui orang. Setelah search di Nona Gugel, saya mendapatkan banyak keterangan mengenai tanaman ini.
Selain khasiat yang dirasakan Mamah, binahong juga dapat menyembuhkan luka dalam dan luar seperti setelah operasi, typus, maag, radang usus dan ambeien. Dapat pula mengatasi pembengkakan dan pembekuan darah, memulihkan kondisi lemah setelah sakit, rematik, luka memar terpukul, asam urat dan mencegah stroke. Pada intinya, khasiat tanaman ini dapat digunakan untuk pengobatan dalam maupun luar tubuh. Untuk lebih jelasnya, teman2 bisa lihat khasiat selengkapnya di sini atau sana.
selamat mencobaaa ....
salam sehat ala herbal... *pak hembing bangettt
Thursday, November 18, 2010
Sunday, November 14, 2010
[FB] Secret Crush Email, apa pulak ini???
Hari ini saya dapat tampilan aneh di facebook.
Pada awalnya, entah kenapa di home facebook saya terdapat gap blank yang rada bikin risih juga. Mungkin karena loading lama, saya cuekinlah itu gap. Tapi beberapa waktu kemudian saat saya membuka kembali home, tampaklah tampilan begini:
Kalau saya klik comment:
atau tampilan begini:
<--- kayak picture gitu deh, tapi link2 di situ masih bisa diklik.
Awalnya saya pikir ini kiriman dari teman saya yang memang ada di Cirebon, kebetulan dia juga bekerja di bidang IT. Saya curiga, jangan-jangan dia sedang mengujicobakan sesuatu ke facebook saya
Tapi daripada berburuk sangka mulu, mending saya cari-cari-cari-cari di gugel saja. Ternyata banyak yang mendapatkan secret crush seperti ini, tapi info yang saya dapat cuma sedikit. Salah satu kasus yang saya dapat dari situs yang membahas soal ini adalah:
"Pada Januari 2008, sebuah aplikasi Flash bernama Secret Crush yang berisi link ke program AdWare terdapat pada Facebook. Lebih dari 1,5 juta pengguna mengunduhnya sebelum disadari oleh administrator situs.
Karena saya juga kurang paham soal-soal begini, saya sharekan saja dengan yang lain karena kurang yakin juga antara kasus yang saya alami dengan informasi yang saya terima.
Saran saya bila kalian salah satu orang 'beruntung' yang mendapat hal2 aneh begini, abaikan saja jika sekiranya mencurigakan. Bukankah pepatah juga mengatakan : lebih baik mencegah daripada mengobati?
Lebih baik nyuekin pesan aneh daripada di kompie harus install ulang gara2 virus ^^
Pokoknya, waspadalah! Waspadalahhh!!!
Saturday, November 13, 2010
Thursday, November 11, 2010
Temanggung
Saya diminta ikut bantu penelitian Mbak Amel, sohib saya yang semangat banget kalau diajak jalan membolang.
Saya diajakin jalan ke tempat kelahiran Mbak Amel (baca: disuruh jd kameramen dadakan), jadilah numpang beberapa hari di rumahnya yang aseliiii dinginn (tapi ga mencekam) :D
Belakangan saya tahu sumber penghasilan utama di desanya ini (Desa Melebo) berasal dari tembakau. Rasanya betah juga lihat-lihat pemandangan (yang rata2 sawah dan pepohonan) di sini, sekaligus pemandangan gunung kembarnya yaitu Gn. Sindoro dan Sumbing (kebayang dong dinginnya gimana?).
Diajakin ke tempat kerabat2nya, ga lupa dijamin makan (duh, terharuuu *nyusut airmata). Pokoknya, maturnuwuuun pisan ...ya mbak, lopyu pul dahh :D
Wednesday, November 10, 2010
Saturday, November 6, 2010
PUISI DALAM TOPI
PUISI DALAM TOPI
Hal Judge
Penyair tak mempunyai tugas lain
kecuali membaca kalbu semesta
dan menangkapnya
dengan hati, getar pena,
bahkan topimu
Begitulah kau pun mencoba
mengeja semua
kerikil, batu, pasir, cuaca, presiden,
para manusia yang dahaga minyak,
senjata, tank-tank yang menggila,
lalu pahatan darah di bumi kita
kau simpan semua dengan jujur
dalam topimu
Di manakah Arabia? Tanyamu.
Apakah itu tempat di mana semua anak
bernama Muhammad
menggenggam batu dan airmata
demi membela keluarga
yang akan dipenjara atau dibunuh?
Kau masukkan semua pertanyaan itu
dalam topimu
dalam topi
untuk dijawab oleh hati
yang tiba-tiba tersayat pisau
beraroma minyak dan kertas koran
Belum senja
ketika dalam bis hari itu
dengan mata yang telah semakin biru
kau buka topimu,
dan kau serahkan padaku
:untuk selalu menulis dengan hati, penyair!
(8 Juli 2006)
Tuesday, November 2, 2010
Thursday, October 21, 2010
Balada anak SD
Belakangan ini saya sering diceritakan pengalaman mbak kos saya, Mbak Nopek. Alhamdulillah walau nyaris beberapa bulan dia nganggur, akhirnya dia mendapat pekerjaan impiannya sebagai pengajar di sebuah SD Islam di Bandung. Walaupun ia lulus sebagai sarjana pendidikan bahasa Jerman, di sana ia diminta mengajar bahasa Inggris.
Ketika kelasnya ribut minta ampun, Mbak Nopek hanya diam sambil ambil kontak mata dengan anak-anak didiknya. Biasanya, jika salah seorang anak sudah 'merasa' bahwa gurunya ingin mereka diam, dia akan berteriak pada teman-temannya agar diam dan duduk di bangku masing-masing.
Dan setelah keramaian itu terhenti, anak-anakpun menggoda Mbak Nopek,
'He he, bu guru marah, bu guru maraaah...!' Sambil keprok-keprok tangan, tanpa tahu Mbak Nopek sudah panas dingin ingin menjerit sekencangnya :D
***
Mbak Nopek menandai seorang anak perempuan paling badung di kelasnya. Pembawaannya tak ingin diam, sehingga ia sering lari ke sana ke mari mengitari ruang kelas. Merasa hal ini perlu ditindak, Mbak Nopekpun menegurnya.
'Dik, jangan lari-lari terus, nanti yang lainnya keganggu.'
'Biarin.'
'Nanti Bu Guru hukum Adik, lho.'
'Hukum aaajah, Adik pernah ditaro di atas lemari tuh...'
Usut punya usut, ternyata yang melakukannya langsung sang kepala sekolah sendiri.
Mbak Nopek melongo, masih penasaran membayangkan bagaimana caranya anak bertubuh subur itu ditaruh di atas lemari kelas yang tinggi itu...?
***
Tak masalah ketika Mbak Nopek bersunda-ria bersama saya, karena yang akan menyesuaikan diri adalah saya. Dibesarkan di lingkungan Jawa tak membuat Mbak Nopek tak mampu berbahasa Sunda *ibunya tinggal di Bandung.
Namun tetap saja, kemampuan berbahasa tetap diuji saat ia mengajar di sekolah. Suatu hari, ia diminta mengajar kelas 6. Seorang anak bertanya,
'Bu, mun anclup apa Bu bahasa Inggrisna?'
'Anclup?' (memasukkan sesuatu *biasanya ke dalam air*)
'Ngojai atuh ga tau anclup mah...' (renang atuh ga tau 'anclup' mah)
Capede, batin Mbak Nopek sambil nahan emosi.
Heu heu, sabar ya Mbak. Walau bagimu mengesalkan, tapi bagi saya adalah ladang cerita yang menarik ^^
Tuesday, October 19, 2010
Rumah Kita Penuh Cinta
gambar
oleh: Hasta Indriyana
Rumah kita penuh cinta. Ikat-ikat jagung
Di lelangit, gerumbul padi di lumbung, juga
Tumpukan kayu. Tak ada cerobong, tapi asap dapur
Berkepul senantiasa
Air yang cukup tersimpan di gentong. Pelepas haus
Ketika kita rindu bertemu
Anugerah ini seperti tatap matamu yang menyimpan
Sejuta kerindangan. Tak henti-henti mengalirkan
Dzikir hakiki
Rumah kita dipenuhi cinta. Sesekali tikus-tikus
Kecil lewat sesekali kekupu masuk tanpa merasa
Salah alamat sesekali berseliweran isyarat-isyarat
Atap ini bukan buat sembunyi tapi
Semacam keteduhan dari kemarau yang memangsa
Nurani, semacam kehangatan dari hujan air mata
Yang menerjang cinta kita
*ini adalah puisi kenangan ketika saya menginjakkan kaki di kampus (tepatnya saat OSPEK). Bahasa yang dulu saya anggap amat biasa, namun kesederhanaannyalah yang membuat pernik-pernik indah ketika Mas Hasta pendeklamasikannya di Pendopo Tedjokusuma.
Saya beruntung melihatnya berdeklamasi lucu di sana. Saya kangen masa-masa itu, sungguh.
Monday, October 18, 2010
Batu dan Cahaya
Ingin saya tepuk pundakmu untuk sekedar menenangkan, dengan nada serius pula ingin saya tanya mengapa kau kecewa. Sayangnya saya tak berhak melakukan dan menanyakannya. Bisa-bisa sakit hatimu menjadi dan makin terkoyak.
***
Suatu hari dalam kota Kerikil kamu menemukan saya, mengajak bermigrasi menuju kota yang banyak cahaya. Saya bilang saya bimbang dan khawatir.
Lalu saat kamu bertanya mengapa, sayapun berkisah.
Saya ini hanyalah bebatuan kasar, yang tak selalu bisa menopangmu karena suatu saat harus hancur ditempa panas dan hujan. Sayapun jahil saat sengaja membenturkan diri agar terinjak dan membuat telapak kaki kalian sakit dan luka.
Bahkan karena kerasnya, saya tak boleh diadu dengan kesamaan serupa. Itu hanya membuat kita terbelah dan pecah.
***
"Aku tak pernah marah jika kamu mencari yang lain." Begitu kata saya.
"Aku tak bermaksud begitu...," katamu bergetar.
"Aku akan tulus menerima pilihanmu yang lain," kataku.
"Aku kecewa..."
"Mengapa begitu?"
Terdengar napas berat dari hidungmu, mungkin paru-parumu telah kempis sekali sekarang.
"Aku adalah cahaya. Yang aku inginkan hanyalah engkau. Kau adalah pilihanku tapi tak memberi kesempatan untukku."
"Kesempatan?"
"Tak inginkah kau kubawa menuju tempat baru? Aku ingin selalu menerangimu agar kau tak perlu khawatir akan kegelapan."
"Lalu? Bagaimana aku bisa berguna untukmu?"
"Cukuplah kau di sana menemaniku."
Saya trenyuh dalam bisu. Menyayangi tapi tak bisa melengkapi. Bagi saya, kami adalah mozaik yang tak pernah tersambung.
Kamu tak perlu menadakan kecewa seperti itu, karena benda mati serupa saya tak butuh kauharap banyak.
Saya tak bersayap maupun berkaki menuju tempat indah itu. Kalaulah seekor camar tiba-tiba mencengkeram lalu merebah saya di tempatmu, bisakah dia mengaduk saya dari gerumbul karang atau batu? Mereka pastilah memagari saya dengan ketat.
***
Lalu saya tiba-tiba bersedih. Bukan karena kekecewaan yang kauperlihatkan, namun luka yang telah saya buat di sana...
Ah, saya telah menjahilimu, wahai yang berharap pada sekecil batu...
18 Oktober 2010
Sunday, October 17, 2010
Saturday, October 2, 2010
Thursday, September 30, 2010
Kembali Membumi
Berkali-kali saya dipertemukan dengan orang-orang hebat. Saking hebatnya saya sering dibuat ciut dan merasa lumpuh karena tak ada yang bisa jadi kebanggaan.
Berhadapan dengan merekapun sering membuat lidah kelu. Hanya melongo seperti kerbau saat dipaksa pentas di ajang berbakat.
Malu rasanya menyadari ada banyak keliru saat berhubungan dengan mereka. Di balik punggung, mungkin saja mereka membatin saya 'orang dungu'.
Namun demikian, saya yakin saya tidak bodoh. Saya disekolahkan dan saya bukan pelacur yang konon dapat membumihanguskan sebuah sekolah.
Perjalanan menuju kos masih jauh. Dan bertemu dengan orang-orang barupun sudah sebuah takdir.
Lalu saya sadari sepenuhnya, ada banyak orang dimana tanahnya saya pijak ini. Sepertinya mereka senewen dengan saya. Sepertinya mereka menggerutu seolah ocehannya tak pernah saya gubris.
Tiba-tiba saya tersentak sendiri. Apa hak saya merasa sesentimen ini?
Mereka yang memijak tanah, tentu tahu ada kejadian apa saja dari senti-senti langkah itu.
Saya menatap sahabat saya di layar kemudi, berkonsentrasi di jalanan sementara kepalanya tengah migrain berat. Di seberang saya berjajar bapak-bapak becak menunggu pelanggan, kayuhan mereka pasti jauh lebih berat demi uang beberapa rupiah.
Seorang ibu cekakakan dengan tetangganya di teras rumah, sementara otak saya seakan mengadakan seminar kewanitaan 'mampukah kelak kamu menjadi seorang ibu?'.
Banyak sekali emas yang terhampar di tanah. Mungkin inilah waktunya saya menunduk dan menatap sekitar. Saya jengah menatap langit yang sering menyilaukan mata.
Kalaulah bukan penghuni Bumi yang menepuk pundak dan mengajak saya beredar sebentar melemaskan otot leher, mungkin saya cacat karena kram menatap angkasa. Saya ini penghuni Bumi yang membandingkan diri dengan penghuni Langit. Amat jauh berjeda jika saya tak menaiki roket.
Terimakasih, pada emas-emas yang bersembunyi malu di dasar tanah. Kalian benar-benar hebat.
Jogja terik ditemani sebotol Jeniper,
30 September 2010
..teruntuk teman-teman yang tengah bertempur menaklukkan skripsi dan tugas akhir.. Kita bisa menuju hingga akhir, nikmatilah saat-saat ini.
Sinetron di Terik Senja
Siang ini terik, tapi tak menyurutkan hasrat sohib cantik saya Pie untuk jajan mie ayam. Ngidam katanya. Yuk mari saya temani membelinya.
Di sebelah gerobak mie ayam, nongkrong pula jajanan cilok dan cireng, tengah sepi pembeli. Namun tak lama kemudian ada seorang wanita seksih (karena memakai jeans superpendek yang belakangan jadi tren di masyarakat), serta seorang gadis cilik kurus kira2 sepinggangnya (mungkin anaknya). Oo, penggemar cilok ternyata.
Mulanya tak saya perhatikan, wong sama2 pembeli (sama2 wanita pula, ngapain coba? ^_^").
Lama2 saya mendengar seseorang berseru keras. Otomatis saya menoleh.
Gadis cilik itu tengah berusaha menuntun motor wanita tersebut sementara si wanita berteriak2 agar dia tuntun dengan benar (mungkin letak parkirnya tadi agak mengganggu lalu lalang kendaraan lain).
BRAAAK!
Sang motor jatuh, nyaris menimpa si gadis. Sedetik-dua detik tak ada reaksi apapun antara mereka berdua.
Wanita itu ambil satu langkah menghampiri si gadis.
Memukul keras2 di lengan kanannya sampai 3 kali, seraya memberdirikan kembali motornya.
Gadis cilik itu hanya memejamkan mata, seperti pasrah saja diperlakukan begitu, tapi tetap membantu memberdirikan motor.
Saya masih terpana mendapati kejadian tersebut.
Begitu mereka melintas melewati kami, masih kuingat dengan jelas si gadis terus memegang lengannya itu...
.
.
Baru saja saya membikin penggalan cerita tentang seorang wanita luarbiasa kemarin.
Tapi rupanya wanita pada kenyataan di atas tak pernah selalu puitis seperti dalam fiksi, sajak maupun puisi.
Saya tak pernah berharap melihat adegan yang merendahkan kaum Hawa seperti ini *setidaknya cukup disaksikan dalam sinetron2 konyol itu saja..
Entah beliau tak pernah tahu indahnya mahkota bunga ketika mekar, entah beliau tak pernah merasakan manisnya cokelat... *apa pula maksudna ^^
.
.
"...Dengan cara sangat khusus, roh dan cinta dicampurkan. Dan cinta yang sangat halus menghilang dalam campuran..." (Debu- Nyawa dan Cinta)
Dan ketika sepasang pengantin dianugerahi anak, maka Allah telah mempercayakan mereka untuk dititipi sebuah nyawa untuk dirawat baik.
.
Wanita itu diciptakan amat lembut. Bukan untuk dijadikan serpih2 kecil, tetapi agar orang2 tercintanya merasa tenang bersamanya.
Wanita itu diciptakan dengan teramat kuat. Bukan untuk menjadi monster, tetapi untuk menopang orang2 tercintanya ketika bersedih.
.
.
.
Maghrib penuh rahmat,
dikencani kopi susu panas dan kue salju keju.
19 syawal 1431/28 September 2010
*maaf atas pemberian judul yang aneh
*maaf juga ulasan wanitanya hanya seadanya yang pernah saya baca.. -^^-
Tuesday, September 21, 2010
Kebun Stroberi
Maaf yah, lagi-lagi saya jelalatan kalo liat awan lagi cerah, tambah lagi hijaunya seger-seger begitu... keasyikan jepret-jepret di jalan deh ^^
Tapi jatah di kebun masih ada.
Ceritanya sepulangnya kami dari Cigugur di hari kedua itu, saya diberitahu oleh Teteh Tris bahwa di daerah sana ada Sanggar batik. Awalnya saya ingin ke sana sekalian biar tahu tempat *nah, nah ketauan kupernya*
Pilihan kami ada 2: ke Gedung Tripanca ataukah ke kebun stroberi. Keduanya bahkan malah belum diketahui keluarga saya (haduuuh, diragukan keaslian asalnya). Karena anak2 lebih tertarik pada kata 'stroberi', jadilah kita pending sanggar batik.
Sebenarnya, kebun stroberi sendiri berada jauh sebelum naik ke Palutungan (dimana ada tempat Curug/air terjun Putri). Tapi berhubung penasaran juga ingin tahu yang namanya kawasan Palutungan, kami terus naik, naik, naik, ke sana... eee, ternyata tiap orang harus bayar 7 ribu, hmm dipikir2 kok berat di tiket ya...
Akhirnya kami putar baliklah itu stir mobil.. haha, memang ga niat ke sana toh?
Cuaca cerah luarbiasa, awan sedang cantik-cantiknya, udara juga bersih... bebas dihirup dengan bahagia *halahh, apa inih..
Perburuan stroberi dimulai, tapi harus cukup puas karena buah2nya tinggal sedikit akibat diburu pas lebaran kemarin. Ya sudahlah....
Walau tak cukup puas karena pengelolaan wisatanya belum dioptimalkan sepenuhnya, kami senang bisa dapat oleh2 4 pak stroberi :d
Kalau kalian ga sengaja lewat Kuningan, ga ada salahnya mampir ke mari kok *ikut promo dikitttt ^^
Kolam Cigugur
Hampir seminggu lebih keluarga bibi saya liburan di Kuningan. Kalau dulu liburannya sebatas flying foxdi Waduk Darma, kali ini kami berlibur ke Cigugur.
Kolam Cigugur terletak di Desa Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan. Ikan Nilem yang berada dalam Kolam Cigugur dipercaya dapat menjadi terapi bagi kulit. Atas informasi itulah kami menuju ke sana.
Ikan Dewa
Pada awalnya Kolam Cigugur bernama Kolam Ikan Keramat karena menampung ikan dewa atau ikan kancra bodas (ikan mas putih). Ikan ini dibilang keramat karena populasinya terbatas dan sulit dibudidayakan. Agar tidak punah, ikan pun dikeramatkan.
Menurut legenda ikan dewa tidak boleh dipindah atau dibawa sembarangan karena bisa berakibat buruk bagi yang mengambil. Konon, Kolam Cigugur terbentuk karena Sunan Gunung Jati menancapkan tongkatnya ke tanah di desa itu saat mencari air untuk wudlu. Sumber mata air itu masih ada di kolam terkecil dari tiga kolam yang ada. sumber asli
2 hari berturut-turut kami ke sana, haha....
Karena hari pertama kolamnya sangat penuh (sore hari sekitar pkl 4), beberapa dari kami merasa tak puas. Akhirnya keesokan pagi harinya, kami kembali ke sana. Wuuu... dingiiiinnn.... masih sepi pula...
bersantailah kami di sana bersama ikan-ikan kolam ^^
Monday, September 20, 2010
Taman Sari Yogyakarta
Ceritanya, ini kencan mendadak pas puasa, my Pie belum pernah ke Tamansari. Okelah akhirnya saya nemenin dia...
Lagi terik matahari, dua anak manis ini nekat berkunjung. Udah tahu bakalan panas menyengat, apalagi tepat jam 11.... di awal ramadhan. Subhanalloh panas...
Tapi di tengah kemelut hawa panas itu...
masih ada secercah cahaya narsis... di hati kami... *halahh
Saturday, September 18, 2010
'Kencan' Malam Minggu
Emak saya datang, hanya sebentar untuk menyampaikan pesan bahwa beliau tak bisa ikut arisan haji esok hari. Maksud hati ingin menemani mencari kahar (delman), tapi ternyata akhirnya saya menemani beliau pulang karena hari sudah maghrib. Tak tega rasanya membiarkan beliau pulang sendiri tertatih-tatih karena usia. Lewat stadion pula… jalanan pasti sudah agak lengang.
Sepulangnya dari rumah Emak, rumah masih sepi. Orangtua belum pulang dan saya menemukan sandal ukuran besar bergaya bapak-bapak di depan tangga. Olala… ada siapa ya?
Kucluk-kucluk saya menemui Mi yang kebetulan tengah berbuka dengan sepiring nasi di tangan.
“Teteh, ada Pak Azi. Mau ke Apak katanya…” *nama disamarkan agar saya tak dituntut *
“Pak Azi mana?” Terus terang walaupun sering mendengar nama beliau, tetap saja saya jarang menemui para tamu Apak.
“Ya yang itu deh pokoknya mah. Orangnya lagi sholat, tuh.”
Dalam hati saya agak waswas juga. Pernah ada tamu Apak yang setengah stress masuk ke rumah tanpa permisi, dia menanyakan Apak dan menggasak makanan di meja (wohh, bahasanyaaa). Mamah cuma bisa diem kesel ngeliatin si tamu yang asyik banget makan dengan santainya, padahal tahu sendiri Apak sedang tak berada di rumah.
Bukan masalah makanannya, tapi khawatir ada kejadian tak mengenakkan di rumah kalau si tamu tak ditunggui. Belakangan kami saya tahu, orang aneh ini memang agak tak waras. Kerjanya memang meminta-minta uang ke rumah yang dia kenal. Nah, saya khawatir tamu yang datang itu yang rada stress ini.
Bakda sholat, Pak Azi menemui kami di ruang tamu (halah, padahal kagak ada). Saya mempersilakan beliau untuk icip-icip sedikit jamuan kami. Ternyata beliau dari Muhammadiyah, kebetulan sedang silaturahim dari tetangga terus mampir ke rumah Apak. Cerita-cerita pendek tentang puterinya yang mau menikah dengan anggota seorganisasi (Alhamdulillah), dilanjutkan dengan obrolan singkat seputar temannya yang juga saya kenal berada di Jogja.
Karena saya kasihan juga kenapa sudah ngobrol ngalor-ngidul begitu belum juga merasa haus, maka saya kembali bilang, “Mangga Pak,dileueut saayana.” (silakan dimakan seadanya)
“Oh muhun, muhun, haturnuhun Neng, ditampi muhun?” katanya. Saya mengiyakan.
“Wah gelasna… meni ageung-ageung teuing atuh…” komentarnya begitu meraih gelas yang kusodorkan.
Saya cuma nyengir sambil membalas, “Oh bilih wae bapak haus…”
Teringat tadi sore saya menyodorkan segelas (bukan secangkir) teh hangat favorit Emak, tapi tidak beliau minum. Akhirnya karena sayang mengotor-ngotori gelas, saya pakai itu gelas untuk Pak Azi. Hanya airnya saya ganti karena sudah agak dingin.
Meski begitu, tetap saja beliau memuji, “Raos Neng, tehna.” Sampai… beliau menyeruput teh itu sampai habis.
Haha, terimakasih ya Pak…
Ketika saya dan Ati bercengkerama, Ati menceritakan apa yang didengarnya sewaktu ia ngamar mandi.
“Tadi pas Pak Azi dateng, Ati lagi di kamar mandi, cuma denger aja dari sana. Yang nerima beliau itu Mi. Pas ditanyain soal Apak, mungkin Mi lagi sasah (gugup) nanggepinnya…
Masa’ bapaknya sampai bilang, ‘Tenang aja Neng, Bapak bukan mau nyulik kok…’
Wahahaha, Ati jadi ketawa-ketawa sendiri di kamar mandi…”
Weww... setidaknya saya tidak separah itu ya... , tabahlah Mi...
Ini memang malam minggu yang aneh...
Thursday, September 9, 2010
Bayangan
Aku ingin menjadi bayanganmu, seperti gurun tak terjamah hujan
Lalu menemanimu ketika hitam, seperti kafan memberangus tubuhmu
Aku tak bisa menjamahmu, seperti sudut dinding yang bersiku
Aku ada saat terang dan gelap
Aku merotasi diri hanya untuk memakmumimu,
lalu bercumbu saat kau bersujud.
23 Agustus 2010
Wednesday, September 8, 2010
Tuesday, September 7, 2010
Eva dan Kenangan SD
Tiba-tiba saya di-add seseorang bernama Vavaw. Jelas tertera di siblings-nya ada saudara sepupu saya, tapi saya tak merasa punya saudara berwajah itu. Sekilas saya merasa hapal pada pemilik wajah itu, tapi entah dimana saya melihatnya.
Karena baru di-add, tak mungkin saya ignore langsung, siapa tahu dia teman lama saya. Saya menulis di wall-nya, memastikan bahwa ia adalah orang yang pernah saya kenal. Karena kemungkinan dia sedang OL, akhirnya saya OL sekalian biar bisa diidentifikasi langsung ke orangnya.
Benar ternyata, dia ini Eva, adik teman si aa semasa esde. Ya Allah.... sudah lama sekali kami tak bertemu. Terakhir kali kami bertemu ya sewaktu secara tak sengaja saya berkunjung ke SMA tetangga, ternyata ia satu sekolah dengan sepupu saya. Tambah lagi, sekarang ia sekelas dengan si teteh (sepupu saya).
Me
assalamualaikum
:):)
Vavaw
waalaikum salam.....
ieu eva
Me
hmmmmmmmmmmmm
mmmmmmmmmmmmmmmmmm
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
duh
hilap eui
*hampuraaa sanes ngahilapkeunn
Vavaw
owh,,,nyantai wae
v uhun ayeuna mah sakelas sareng irna da
Me
ah yayaya
Vavaw
ieu teh vera nu adena a'iyus kan????
Me
da ari raray mah asa apal
muhun... leres...
masih keneh
eva nami panjangna saha?
Vavaw
eva kurnaefa
da dulu basa SD beda kelas
Me
oh, pantesan
hii
salut euy, masih apal ka abdi ^_^^_^
Vavaw
hehe
Me
OHHHH
Vavaw
vera ayeuna dmana????
Me
eva rayina a doni (ta saha nya)
rerencangan a yus kan?
Vavaw
a'edi
uhun rerencangan na a'iyus
Me
(duh salah pisan)
Vavaw
teu nanaon
Me
ohhh muhunnnn apal... :D:D
pangling soalna
liat fotona
Vavaw
owh inget ayeuna...
Me
geulis euy
Vavaw
masa
wah makasih.....
Me
haha ya iyalah neng...
*dulu mah culun...
hihi
*komo abdi...
Vavaw
iyh yah hehe,,,
hente ah vera mah
Me
hahay... eva dmn ayeuna?
rompok teh masih sami hnteu?
Vavaw
masih kul kan sareng irna
uhun masi sami
maen ath,,,
Me
hayuk atuh, lami teu pendak...
jd kangen barudak sd
Vavaw
sok ath,,,
Me
iraha reunian nya?
Vavaw
hmm sami
susah ayeuna mah tos palencar
Me
hu um
Vavaw
kapan ath maen
Me
nu masih apal di fb mah mung astri wungkul
kapan atuh
Vavaw
mank saha wae
va mah sakedikan
Me
apal senov?
*sigana mah kudu apal budak ieu
pernah mendak na fb
Vavaw
teu apal hehe
Me
tp hnteu jd friend ^^
hehe, pan eta teh nu juara kelas tea
saingan agung nu putra guru tea
Vavaw
upmi agung mah tepang
Me
aih, jadi pengen ngayakeun reuni...
Vavaw
v senov mah henteu euy,,,
Me
oh... yayaya
Vavaw
muhun nya???
Me
Rendi?
haha, budak baong kitu mah apal mreun
Vavaw
teu apal oge hehe
hilap euy,,,
Me
lahh... pan sok malak harita teh...
hihi, teu nanaon
mmg benten kelas oge sih
Vavaw
yakin,, lupa deui
vera nuju dKng????
Me
sumuhun d rmh
maen atuh beu
Vavaw
hayu ath,,
ketabuh 1 an aya dirmh????
Me
aya...
bd ktemuan dmn?
Vavaw
terserah vera
sok hoyong na dmana???
Me
ka luar wae sakalian takumaha?
ngabuburit nya...? bade?
Vavaw
oce,,
v dmana???
Me
ke heula... kempel dimana atuh?
Vavaw
upmi ngabuburit mah mending ke tabuh 3 an kmh????
Me
bd meser lilin sakantenan...
muhun teunanaon
saentos ashar wae
ato ashar di mesjid?
Vavaw
muhun"
sip,, dmesjid syiarul????
Me
oke oke... berarti tbuh 3an di SI nya?
Vavaw
muhun..muhun,,,
Me
hnteu katebihan teuing? abdi mah manut
Vavaw
ath kieu wae ke ntos azhar va nyamper ka rmh, kmh???
vera masih d aruji khan???
Vavaw is offline.
Me
oke baiklaaah (send as a message)
Your chat message wasn't sent because Vavaw is offline.
Vavaw is online.
Me
oke baiklaaah..
Vavaw
va uken nope na ath..
meh tiasa kontek"an
Me
081328blahblahblah
Oke say, saya tunggu reuni kecil kita. Mudah-mudahan masih ada umur sampai sore nanti
NB: maaf saya nggak mengartikan percakapan kami. Saya yakin bisa dikira-kira dengan mudah.
Sekecap Rakaat
Semili sudah aku sampai, Tuhan
Duduki rumah ramahMu
Berharap Engkau perindah azamku
Sekecap bunyi menggaungkan detakku hari ini
Mungkin hanya sehelai Kauberi
Namun selusin bagiku
Aku mendengarnya lagi
Firman-firman dari lidahnya
Terpesonalah aku padanya
Hanya sekecap,
dalam celah rakaat,
ada senyum terselip.
Ampunkan kami,
pada gaung senar indahnya,
melesak jauh ke ulu hati.
27 Agustus 2010
pada imam bersuara tampan hari ini, segala puji bagi Allah.
Sunday, September 5, 2010
The Lovebirds part 2
Part 2
Dasar anak kecil zaman sekarang, hormon pubertasnya cepat sekali ya?
Ini dialami oleh Mi, adikku yang kedua. Waktu itu dia masih kelas 3 esde, masa-masa centil begitu deh. Jadi ingat betapa jailnya dia menyembunyikan dan menghabiskan bedak padat Mamah dengan singkat (karena terbanting-banting jadinya bubuk dan terbuang percuma), lipstik tiba-tiba raib apalagi tas ibu-ibu dengan berbagai model tiba-tiba sudah ada di lemarinya.
Hobinya waktu itu (sampe sekarang) seneng banget sama FTV di salah satu stasiun televisi swasta, alhamdulillah engga sampai hobi bersinetron ria jadi waktu malamnya bisa dipakai les tambahan.
Di rumah kami ada kipas angin tua hampir setinggi saya. Baling-balingnya bisa diatur mau berputar atau tidak. Nah, Mi suka sekali menyalakan benda ini tanpa berputar (maksudnya agar anginnnya terus menerus menerpa mukanya).
Dulu masih tanda tanya besar, ngapain Mi betah banget di kamarnya lama-lama? Tapi baru saya sadari, ternyata dimanapun kipas angin itu dipindahkan, Mi pasti ada di situ.
Suatu hari, terdengar suara aneh di rumah. Sayup-sayup, tapi bisa didengar oleh saya dan Mamah yang sedang nonton tipi. Karena berlangsung lumayan lama, saya cari deh sumber suaranya. Olala, ternyata berasal dari beranda jemuran toh...
Untuk sementara si kipas dipindah ke luar dulu, tepat di dekat tempat jemuran. Di sanalah saya terpana, melihat Mi asyik berdialog dengan kipas angin. Saya diam dan menyimak baik-baik.
“... tapi kau bilang kau sudah ada yang punya!”
(si kipas pura-puranya jadi seorang laki-laki) “Tidak, aku mencintaimu...!” (pake suara Mi tentunya)
“Tidak, aku tidak bis...a...” <<<<<<nyadar bahwa saya sedang mengamati dia di belakang panggung
“Ngapain, Mi?” tanya saya sok cool (padahal dalam hati sudah terkitik-kitik).
“Hehe...” Hanya begitu yang dia jawab, lalu kabur entah-kemana.
Menjelang sore harinya, kejadian yang mirip terulang.
Kali ini saya langsung menuju TKP, karena sudah tahu ada kipas di sana. Bukan adegan sinetron yang Mi bintangi kali ini, tapi ia menjadi penyanyi cilik (yang lagunya tak sesuai dengan usia dia).
Lagi-lagi saya hanya memperhatikan dari jauh sambil membatin “Emh, si ade punya bakat terpendam nih…”
Lagi-lagi ketahuan, dan teruuus kabur seperti kemarin sampai beberapa hari ke depan. Selanjutnya, saya sudah terbiasa mendengar celotehan monolog ataupun nada lagu di rumah, jadi tak perlu intip-intip lagi.
Saya jadi kepikiran jangan-jangan Mi sedang jatuh cinta dengan salah satu teman di sekolahnya? Perubahan seperti itu mungkin sekali, lho. Apalagi kerjaan dia sering memperagakan dialog dua sejoli persis seperti di sinetron. Pikiran saya melayang, mungkin seolah-olah saat nantinya dia punya kekasih dan punya kejadian X, dia harus bertindak seperti adegan Z, atau ketika sang kekasih berbicara G, dia harus menjawab C, dan sebagainya.
Astagaaa, masa sudah sejauh itu? *kakak-kakaknya saja masih doyan Doraemon dan Naruto…
Ah entahlah, mending cepat usir jauh-jauh pikiran seperti begitu. Mungkin Mi hanya semi-tercuci-otak sama sinetron saja.
Husnudzon saya tidak terlalu meleset. Beberapa waktu kemudian, kejadian sebuah dering telepon mengejutkan kami sekeluarga. Waktu itu Mamah yang angkat teleponnya.
“Halo, assalamualaikum…”
“Halo, benar engga ini rumahnya Ismi (Mi)?”
“Iya betul, mau bicara sama Ismi ya?”
“Iya Bu, makasih.”
Dipanggillah si ragil. Dia muncul dari kamarnya dengan muka kusut habis tidur siang. Begitu ia angkat teleponnya, terdengarlah percakapan tak wajar antara Mi dan si penelepon. Berkali-kali Mi menanyakan identitas si penelepon, tapi sepertinya pertanyaan itu tidak digubris. Mi menutup telepon dengan sedikit hentakan sehingga Mamahpun menegurnya.
“Lain kali nutup telepon itu pelan-pelan. Memangnya tadi siapa Mi?”
“Ga tau.”
“Lho, bukannya itu temenmu?”
“Gatau. Ah, biarin.” Lalu Mi masuk kamar lagi.
“Memangnya siapa, Mah?” tanya saya. Mamah menggelengkan kepala.
“Ga tau, tapi yang nelepon itu laki-laki.”
Heh? Sejak kapan…?
Selang beberapa hari kemudian, si penelepon misterius itu kembali beraksi. Tujuannya tetap sama: perlu sama Mi. Tapi kali ini sebelum Mamah manggil, Mi sudah menyahut dari kamar, “Kalau cari Mi, bilang aja engga ada!”
Begitu seterusnya sampai beberapa hari lamanya. Terkadang ketika ada telepon berdering, Mi enggan ngangkat.
Dia langsung nyeletuk, "Tuh Teh, angkatin sama Teteh aja deuh..." (dengan setengah bersungut. Padahal enggak selalu panggilan buat dia , kadang buat Apak, kadang buat yang lainnya. Mi jadi orang paling ke-geer-an deh!
Atau kadang-kadang sewaktu manggil diapun udah duluan dijawab, "Bilang aja enggak ada!"
Padahal, "Ini dari temen sebangkumu, tau...", dan reaksinya juteknya berubah drastis jadi senyum-senyum asem agak malu-malu. Hadeeeh... pubertas, oh pubertas...
Sebelum akhirnya kasus (konyol) ini ditutup, fans Mi menelepon seperti biasa. Kali ini Mamah to the point bilang, “Duh maaf ya Nak, bukannya kenapa-kenapa. Anak saya jadi ketakutan diteleponin terus, tuh sekarang malah sakit. Nanti nggak usah telepon lagi ya?”
Ucapan Mamah benar-benar nyata dan bukan bohong. Akibat peneroran itu, Mi jatuh sakit gara-gara terlalu memikirkan terror-teror si penelepon.
Untung, sepertinya si penelepon sudah bisa berpikir agak dewasa. Dia memaklumi dan hanya menitipkan salam buat Mi.
Baru saya tahu belakangan, ternyata awalnya itu hanyalah telepon iseng yang ngajak kenalan. Dengan polosnya Mi kasih tahu nama karena ia mengira itu telepon dari saudaranya yang di Tangerang. Reaksi Mi benar-benar di luar dugaan saya. Pantaslah saat awal-awal itu dia sempat bete ketika menerima telepon itu. Dia gugup, ketakutan, GR, bingung dan reaksi geje lainnya... bahkan sampai dia sakit, kan?
Hujan ledekan sudah dikumandangkan di seantero rumah. Prikitiw-suit-suit-wikwiww sudah pasti dilontarkan. Setelah itu, telepon misterius tak pernah lagi berdering di rumah. Dari kejadian itu pun, saya menemui fakta bahwa tayangan sinetron jelas bukan jaminan mempercepat kedewasaan dini!