Jendelaku tertutup rapat.
Tersentuh ritme kristal cair yang bergema menghunjam bumi.
'Kalau kau suka, buka saja Nak.'
Geratak jendelaku membuka mata. Bau tanah memelukku, seirama hawa dingin mengudara.
'Mengapa Ibu suka hujan?'
'Gadisku, dia adalah kurir cintaku yang paling sempurna.'
Aku terkekeh dalam ketidakmengertianku.
Tanganku menjulur, menghunus derai cair yang tercurah.
Seketip dua ketip seberkas cahaya menempa kami, lalu mengguruh perkasa.
___
'Bukankah dia dingin Bu?' bisikku dalam gemuruh angkasa.
Aku merasakan sentuhan hangat di pipiku.
Sepasang tangan memelukku erat.
'Ya Sayang, dia dingin sehingga Ibu bisa memelukmu seperti ini.'
___
Apakah kau membolos bekerja untuk alasan ini, Bu?
Terimakasih Bu, pesan hujan sudah kuterima dalam setiap tetesnya.
Ah Ibu...
Betapa ingin kulihat rautmu.
Betapa ingin kuhentikan isakmu tanpa kau melihatku terlebih dulu.
Hujan, teruslah turun..
Buat Ibu,
dari gadis yang mencintamu.
27 September 2010
0 comments:
Post a Comment