Sunday, August 5, 2012

[Because It's Me] Diam tak selemah yang terlihat ...

Orang tak pernah menyangka perubahan-perubahan macam apa yang bakal terjadi dalam hidupnya. Seorang kawan berkata, "Jika hari ini sama saja dengan hari kemarin, maka aku sudah merugi!" Namun saat ia melihat pada diri orang lain yang berubah menjadi lebih buruk, ia mengoreksi ucapannya, "Mungkin tak ada perubahan itu lebih baik daripada
 berubah pada yang lebih buruk. Setidaknya ia bisa bertahan saat arus negatif menyerangnya."

Dan... beginilah ternyata saya begitu memasuki aroma sekolah yang lebih tinggi. Saya 'bertempur' dengan berbagai polemik, masalah bahasa dan budaya sudah pasti. 

Pergaulan juga yang mengharuskan kakak semata wayang saya berkomentar banyak di  hadapan teman-teman kami, "Si Neng sekarang cerewet."
Saya tidak tahu pasti perubahan ini termasuk positif atau negatif.

Beberapa orang mungkin gemar menjudge dari penampilan ... lalu gara-gara itu mereka harus dongkol di kemudian hari bahwa orang yang mereka (akhirnya) kenal ternyata jauh dari anggapan mereka. Hahaha, maaf teman ... sini saya tepuk pundakmu~


Sesempit pengetahuan saya soal hal menyenangkan, ternyata hiking itu recommended.
Tolong abaikan bagaimana betis-betis menjadi bengkak setelah berjalan berkilo-kilo yang memakan banyak detik. Peluh-peluh membasahi dahi, ketiak bahkan menjadikan kaus kaki beraroma bangkai cicak. Itu semua terbayarkan begitu sampai pada tujuan. 
Wajah-wajah risau mendadak berpose chibi dengan banyak jepretan di sana-sini.
Oh maaf, itu pengalaman teman-teman saya ... biasanya memang begitu.

Alam memang indah, iya? Iya saja, sebab tak ada makhluk yang bisa membuat oksigen. Orang juga bisa terjun bebas ke jurang ... untuk bungy jumping lho, bukan untuk sengaja terjun tanpa pengaman~


Dan Jogja telah mengubah saya. Sejujurnya.
Belakangan saya tahu seni itu menarik sekali bila diamati.

Suatu ketika saya diajak kawan-kawan untuk melihat suatu performance tari dan musik di fakultas kampus, mood itu tak hadir di hati. Tapi masa ditolak? 
Ceritanya ini semacam pertunjukan amal, tentu saja gratis, dan tentu ada kotak amal untuk menampung amal (maksud saya uang seikhlasnya dari penonton guna diberi pada yang membutuhkan). 

Dalam hati, "Ah ... kenapa tari sih ..."
Herannya begitu keluar dari gedung pertunjukan ...
"E GILAK ... GA NYESEL AKU IKUT KALIAN! GA NYESEL BWANGET LIAT PERTUNJUKAN BEGITU. SUMFEH KEREN BEUD!"
... saya heran juga bisa begitu histerisnya diiringi penyesalan mendalam mengapa berangkatnya ga lebih sorean dikit.

Dan mungkin dari situlah saya mulai suka ngincer-ngincer event Jogja yang tak pernah sepi tiap bulannya.




Ah ya ... saat-saat senggang dan bengong saya suka sempatkan mengusili mengkreasi foto orang dengan kemampuan adobe saya yang alakadarnya. 


Sepadan dengan laptop buat si pecicilan energetik ini kan? Pada awalnya kalian bisa menganggap hitam saya ini statis. Tapi ... percaya atau tidak, kaki ini sudah cukup banyak meninggalkan jejak di tanah. Dan saya masih ingin melihat dunia. 


Soal warna ...
Saya tak terpisahkan dari warna gelap, walau dalam beberapa kesempatan saya juga suka mengenakan warna yang cukup cerah. Seperti VAIO E14P hitam energetic ini: terlihat biasa dari luar, tapi ketika terbuka ... ehm.

Alhamdulillah, setidaknya perubahan lain telah dimulai dari puri cyber saya ini.

Again, for another changesDare to be different?  
Fu fu fu~


Sebenarnya saya lebih suka jadi juara 3, karena kamera saya rusak ... *maaf jadi curcol*
Tapi bila memang juri suka, teman-teman meridhoi dan Tuhan menghendaki, saya tentu bisa menang dengan tulisan yang apa adanya ini 



Ikut partisipasi lombanya Because It's Me!

 
Powered by Blogger.