Saturday, January 25, 2014

[Writing Challenge] Rant Something: Rewel Tak Termaafkan

Entah bagaimana caranya agar bisa cepat kembali ke tanah Jawa kecuali dengan kendaraan sabar. Nyelekit tentunya ketika ada sesuatu yang sangat diinginkan ternyata harus menunggu setengah tahun lagi untuk mencapainya. Begitu memang hidup 'nekat' mandiri. Jauh dari keluarga mengharuskan diri beradaptasi dengan lingkungan dan adat setempat yang kini kutempati, Borneo.

Sudah beberapa kali Mamah di lembah gunung Ciremai menawarkan aneka sandang-pangan untuk dikirim kemari, tapi apa daya mending uangnya ditabung untuk hura-hura dan pesta pora di sini ... *lho?
Maksudku, biaya hidup di sini kan beda dengan di Jawa yang rata-rata murah-meriah. Aku masih penyesuaian lidah pada masakan seafood yang biasanya orang bilang mewah, di sini ya tentu saja terbilang murah.

Dan di sinilah puncaknya.
Tepat pada lidah pengecapku ini, syaraf-syarafnya sedang menuju ke beberapa sumber titik rasa yang tak bisa kutemui di sini. Tiba-tiba aku kepingin jajanan yang ada di toko Keris di kota kelahiranku itu. Kemudian, kepingin ayam pejantan goreng khas Mang Wari ... juga sorabi telor depan kolam renang ...
Ahuh! Ini benar-benar menyiksa, kukira takkan ada jenis makanan semacam itu di pelosok manapun selain di tempat kelahiranku itu *halah

Sudah nebeng di tengah-tengah kerumunan asing, ditambah Kangmas sedang tidak di rumah hampir 3 minggu lamanya. Ini kan weekend, harusnya wakuncar tiba malah tak ada yang menemani, jadilah Sabtu merindu yang sempurna.

ilustrasi
Jadi gamblangnya, beberapa minggu belakangan ada kejanggalan dalam diriku. Suka pinginan, suka panas-dingin kalau kelamaan berdiri, dan yang lebih mencurigakan ... suka mual dan suka yang asam-asam.
Hahaha, beberapa gejala itu wajar dong buat wanita menikah ... doakan saja ya mudah-mudahan benar apa yang dicurigakan, dan semoga segala bentuk kerewelan ini segera terobati agar bisa dimaafkan.

Tulisan untuk memeriahkan GA Sabtu Merindu

___________________
Yaah, telat :(
Padahal masih jam 20.23 WITA ...
Tapi ya sudahlah, sebagai rasa kekecewaannya, saya ganti aja buat writing challenge -___-"

Monday, January 20, 2014

[Writing Challenge] A Letter to Anybody

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh
Dear Kak Rina,

Awalan surat pasti selalu bernada sama: Apa kabar, Kak?
Bukan aku menyamakannya seperti yang orang lain lakukan, tapi sungguh aku ingin tahu keadaan Kakak sekeluarga di sana.

Aku beruntung pernah ikut sahabat pena sewaktu SD, sampai kita berkenalan lewat surat bahkan hingga aku kuliah. Ternyata lain sekali ya antara kabar lewat sms dengan korespondensi. Tahu tidak dulu aku suka ngintip-ngintip pagar rumah siapa tahu ada pak pos yang datang memberi surat untukku. Aku senang sekali bisa kenal dengan Kak Rina karena bisa jadi seorang kakak perempuanku. Kangen sekali berdiskusi dan bercerita banyak hal dengan Kakak.

Kakak, tak lama selepas wisuda aku menikah, tepatnya 6 Juli 2013 kemarin ... menyusulmu yang beberapa tahun silam telah menyempurnakan dien. Ternyata begini ya  menikah itu, hahaha ... ada banyak hal yang harus kupahami dan kupelajari. Suamiku orang Kalimantan, makanya domisiliku sekarang tidak di Jawa Barat maupun Jogja lagi. Alhamdulillah orangnya baik dan sangat bertanggungjawab, walaupun harus meninggalkanku karena pekerjaannya selama dua minggu di lapangan. Banyak yang ingin kuceritakan, tapi terlebih aku ingin tahu keadaanmu. Dimanakah Kak Rina sekarang? Sudah punya putera/puteri-kah?

Sayang sekali aku kehilangan kontak samasekali denganmu setelah gempa Padang itu.
Kakak tahu? Aku menghubungi Kakak lewat nomor hp yang Kakak beritahukan, juga menyuratimu di alamat yang biasanya. Facebookpun sudah lama tidak aktif dan perlahan hilang. Aku harap Kakak dan saudara-saudari di Padang selalu dalam lindunganNya.
Aku masih ingat tulisan mungil-rapimu, bisakah Kak Rina tuliskan surat untukku lagi? Aku akan sangat menantikannya, ceritakanlah tentang semuanya di sana!

Balikpapan, 20 Januari 2014
dari sahabat penamu Vera Yulia, yang masih ingat padamu

_________________


Nyaris terlupakan, mungkin hal terburuk yang ada dalam diri saya pada seseorang yang surat-suratnya pernah singgah di ruang baca saya. Semoga beliau memaafkan saya.
Namanya Rina Dahlyanti, wanita Padang yang hingga kini saya tak pernah lagi mengetahui kabarnya. Gempa Padang tahun 2009 (kalau tidak salah) jadi awal putusnya kontak kami. Padahal kalau dipikir lumayan juga ya, lewat korespondensi sejak SD ... atau kalau tidak salah kami diperkenalkan seseorang (maaf, lagi2 saya lupa sama siapa) ketika saya sudah menginjak bangku SMP.
Lewat e-mail blog ini saya berharap suatu hari nanti beliau membacanya, lalu bisa menghubungi saya lewat socmed maupun lewat blog ini.

Hope you're always good wherever you are, my dear Sister.

ditulis untuk ikut ini

Thursday, January 16, 2014

Lihat Kebunku ...

Musim hujan begini jadi bikin urung terus nyiram halaman maupun ke loteng untuk melihat perkembangan sayuran kami. Akibatnya melati saja enggan berbunga karena dingin, tapi semoga saja jamur-jamur liar ga tumbuh di rerumputan depan.
Pagi hujan begini tumben saya penasaran untuk nengokin sayuran. Dan hyaaa ... senang sekali lihat bayam sudah cukup umur untuk dicabut, dan kangkung juga sebentar lagi bisa dipanen. Daun bawangnya masih butuh beberapa batang lagi agar bisa dipakai giliran, nantilah kalau ada tukang sayur lewat ...
Tomat yang saya besarkan di kapas tidak tumbuh, mungkin karena terlambat dimasukkan ke tanah -__-

Bunga entahapanamanya tambah 1 bunga
Bayam - kangkung
Bunga merpati
Sawi baru tumbuh-daun bawang-tomat-jeruk
Arbei nunggu matang

Thursday, January 9, 2014

Hasil Panen Berujung Sapo Tahu

Agak maksa juga ni judulnya ...
Saya cuma pingin rekam perjalanan 'kebun' kecil milik kami aja, bahwa dari sebelum nikah suami saya memang suka nanem-nanem tanaman dapur gitu. Maksudnya tanaman untuk keperluan masak gitulah.
Awal kepindahan saya ke Balikpapan juga sudah dimulai, cuma sayangnya tanah di sana kurang bagus sehingga kangkung yang kami tanam berujung tewas dimakan hama dan tak kunjung besar.

Sepisah kami dari orangtua suami, rencana kami meneruskan kebun kecil-kecilan itu tetap ada. Bermodal styrofoam dari penjual buah, sayur-mayurpun sudah siap diwadahi. Lama kelamaan tanaman di rumah tambah banyak, tambah asri deh :)

Tha-thaaa~

'Kebun' atap
Sudah sebulan lebih kayaknya nih, harusnya masa panen itu 22 hari. Baru sekarang sempat saya garap untuk masak brunch kami hari ini. Dari kapan hari saya kepingin sapo tahu, baru sekarang kesampaian karena bahan juga sudah cukup tersedia. Ga umum kali ya, sapo tahu kok pake kangkung ... tapi berhubung brokoli, bakso maupun wortelnya ga ada, maka pakai saja yang ada di kebun.

Bahan:
- 1 buah tahu sutera/telur/jepang, iris sesuai selera dan goreng hingga kecokelatan. Tiriskan.
- kangkung secukupnya
- udang kecil secukupnya (sesuai selera, bisa juga diganti ayam/sosis/bakso/cumi)
- jamur putih secukupnya, rendam dengan air panas hingga melunak, cuci dan tiriskan

Bumbu:
- 1/2 bawang bombay, iris kecil
- 3 siung bawang putih, iris kecil
- semangkuk air (bila suka kuah banyak)
- 1 sdm rata maizena
- 1 sdm kecap asin
- 1 sdm kecap manis
- 1 sdm saus tiram
- merica secukupnya
- daun parsley secukupnya
- kaldu
- gula-garam secukupnya
- minyak wijen (skip)
- margarin untuk menumis

Cara membuat:
- Tumis bawang bombay dan putih dengan margarin
- Masukkan udang, tumis hingga berubah merah
- Masukkan kangkung hingga setengah layu
- Masukkan semua bumbu, aduk hingga mengental
-Sajikan selagi panas

 
Powered by Blogger.