Sunday, April 18, 2010

Kebersihan: Butuh Reminder dan Kesadaran 1

Saya Pertama Kali di Sebuah Kos di Yogyakarta...

Suguhan pertama ketika saya menginjakkan kaki di Yogyakarta: asing, tapi rasanya saya bisa belajar merasa nyaman di sini. Tapi ketika dadakan harus cepat memilih tempat kos sementara, alamak… kening saya berkerut dengan keringat mencucur. Tempat yang saya lihat terlihat kumuh di mata saya. Dari lorong saya masuk menuju kos, terhamparlah jemuran nasi aking di pinggir-pinggir. Karena jalan masih pasir pula, saya mencium bau-bau kotoran kucing (aduh!).

Lega rasanya setelah sampai di kos. Kos ini termasuk jenis terbuka dengan lantai ubin hitam. Pun termasuk kos campur karena bagian depan khusus untuk laki-laki dan bagian belakang untuk wanita. Dipisahkan oleh kamar mandi dan tempat cuci-mencuci yang tak berubin (masih semen). Wah saya mesti ekstra hati-hati kalau habis dari kamar mandi, soalnya ini kamar mandi campuran dan sewaktu-waktu bisa saja saya kelupaan barang pribadi di sana. Sampai sini, saya masih berpositif thinking karena dimanapun saya berada, istana indah saya selalu berada di tempat bernama kamar pribadi.

Sampailah di bagian paling menentukan rasa kenyamanan saya: KAMAR. Saya kebagian di posisi yang lumayan saya suka: dekat kamar mandi dan pintu keluar, letaknya paling depan sehingga ventilasi utama bisa saya dapatkan. Begitu masuk ke kamar, rasa putus asa hinggap di benak saya. Luasnya memang pas, hanya saja yang saya sesalkan adalah ventilasi. Kaca nako memang tersedia, jendela lain juga terpampang di atas dinding sebelah utara, tapi sayangnya tertutup. Belum lagi catnya berwarna pink gelap sehingga model kamar seperti ini sudah terkesan sangat pengap sejak saya lihat. Bukan berarti saya berpikiran terlalu kota atau bagaimana, kenyataan saya selalu berada di rumah yang tak punya banyak sekat membuat saya memaksa bertahan selama seminggu saja di sini. Saya putuskan tak bakal kos di situ lagi bila diterima kuliah di Yogyakarta.

Alhamdulillah kakak saya punya teman di universitas pilihan saya. Maka saat saya diterima di universitas tersebut, mau tak mau saya minta tolong Mbak Wahyu (begitu nama teman kakak saya) agar mencarikan kos baru yang ‘layak’ untuk saya. Paling tidak lantainya sudah berkeramik, tak pelit kamar mandi, dan benar-benar kos khusus putri. Namun begitu saya datang ke kos di Yogyakarta, masih juga terselip rasa kecewa. Syarat-syarat di atas memang sudah terpenuhi, hanya saja saya masih rewel dengan keadaan lorong dan kolong-kolong tangganya.

Saya kebagian di lantai 2, yang sebenarnya situasinya jauh lebih baik daripada lantai 1. Keramiknya menghitam, seakan-akan tak pernah dibersihkan oleh para penghuninya. Belum lagi kolong tangganya yang penuh kardus-kardus pindahan yang disusun seenaknya. Sementara ember-ember mandi bercecer di bawah kolong (juga) karena tak punya rak untuk menaruhnya. Aih, saya berpikir apa tak khawatir hewan-hewan usil akan menjamah peralatan mandi mereka?

Ditulis Oleh : Unknown // 4:43 PM
Kategori:

4 comments:

  1. Jul......ly leh usul ga? kalo ga keberatan lo, ganti warna tulisannya, biar ly bs baca...........thanx yah Jul

    ReplyDelete
  2. Wrnany ap gt mb? Prasaan dah wrna tua. Ote deh, nti kl ngnet lg kuganti. Mksh dah ksh tau y mb ly.. ^^

    ReplyDelete
  3. ohhh ok, soalny akalo pas bentrokan ma bulet2n BG jd ga bs kebaca thats all

    ReplyDelete
  4. Okehhh mb ly, ntar kuganti lg ajah. Emg ni pgn otak atik bekgron yg aneh :) heu heu

    ReplyDelete

 
Powered by Blogger.