Thursday, March 11, 2010

Negeri 5 Menara

Rating:
Category:Books
Genre: Biographies & Memoirs
Author:A. Fuadi
Editor: Mbak Mirna

Bercerita mengenai Alif dan kata sakti man jadda wajada. Diawali ketika ia dan ibunya berselisih paham mengenai sekolah yang harus ia pilih. Ia ingin bersekolah di SMA negeri yang bisa membuatnya meneruskan cita-cita ke perguruan tinggi dan menjadi sarjana. Akan tetapi, ibunya ingin ia menapaki jejak para kiai yang menjunjung tinggi agama dan menjadikannya seorang ahli agama. Rasa kecewa yang tak pernah Alif rasakan sebelumnya, membuatnya mengambil sebuah keputusan besar. Berdasarkan informasi pamannya yang pernah menginjak bangku pesantren, Alif akhirnya memenuhi keinginan ibunya dengan syarat bahwa ia akan belajar di pesantren yang direkomendasikan pamannya.

Dan, dimulailah perjalanan mencari jati dirinya di pesantren tersebut. Pertemuan dengan teman-teman terbaik yang dijumpainya disana, kakak-kakak tingkat, guru-guru dan juga didikan yang telah diajarkan. Tak ada hari tanpa keringat dan sarung. Tak ada hari tanpa berjuang dan melesatkan diri. Bukannya tak ada romantisme sama sekali, tapi di buku pertama ini, romantisme itu belum begitu terasa sebab lebih menekankan pada penceritaan keseharian di pesantren saja.

Cerita ini mengingatkan saya pada novel Laskar Pelangi. Sama-sama menceritakan pengalaman masa kecil, punya sarat pantang menyerah pada nasib, dsb. Hanya saja ada beberapa hal yang menurut saya sih agak-agak menonjol di novel ini. Saya garisbawahi pada pemakaian man jadda wajada: siapa berusaha pasti bisa *begitu kira-kira artinya*. kedua, hukuman adalah panglima tertinggi bagi kehidupan mereka. Terakhir, totalitas mereka dalam mengerjakan sesuatu.

Awalnya kalau saya melihat (dari luar sih) kehidupan pesantren itu sangat terkungkung dan (maaf…!) sepertinya kok pelajarannya itu-itu aja. Ternyata setelah membaca buku ini, saya jadi malu karena boleh jadi kemampuan mereka dalam menimba ilmu pengetahuan boleh jadi melebihi apa yang saya bayangkan sebelumnya. Saya perlu waktu bertahun-tahun untuk bisa membiasakan diri berbicara bahasa Jawa dan bahasa Inggris. Alif dan teman-temannya bahkan hanya butuh sekitar 3 bulan saja untuk (nyaris) menguasai bahasa Arab dan Inggris. Hadoooh saya kesindir berat! Saya butuh kuliah agar bisa mendalami bahasa Inggris, tapi anak-anak setaraf SMA seperti mereka ini malah sudah medahuluiku menguasainya… euggghhh muka saya kayanya kepanasan deh.

Lalu, kenapa saya sebutkan bahwa hukuman adalah panglima tertinggi bagi mereka? Perlu diketahui, tata tertib (aturan) yang berlaku di sana tak pernah ditulis dan hanya diingat cuma sekali pada saat mereka pertama kali datang ke sana. Pengaturannya saja tidak main-main. Baru beberapa hari Alif dkk telat sholat berjamaah beberapa menit saja, mereka sudah kena hukuman dari para mata-mata pesantren (yang tentunya senior mereka di bagian keamanan). Alasan masih baru maupun ketidaksengajaan tak akan berlaku di sana.

Kemudian yang terakhir ialah totalitas sejauh mana mereka bisa menghasilkan usaha terbaik yang bisa dilakukan. Misalnya pada saat Alif mendapat nilai pas-pasan saat ujian pertama diselenggarakan. Nilai kecil tak membuatnya lantas terjun dari gedung pencakar langit (heu heu… bunuh diri maksutnya), tapi ia terus berusaha belajar dari para sahabatnya. Saling membantu, mendukung dan mengingatkan adalah hal indah yang saya dapat dari cara mereka bersahabat. Ketika Alif harus dengan super-cepatnya meliput orang penting (duh lupa menteri apa wakil dari luar negeri gitu), kemudian harus bisa menerbitkan koran pesantren pada orang penting tersebut sebelum ia turun dari panggung kehormatan. Uh, ngebayanginnya saja capek sekali. But it’s done.

Jadi, mau sampai kapan terus mengeluh dan menyalahkan aturan? Sejauh potensi kita masih punya anugerah untuk difungsikan, maka maksimalkan saja apa yang sudah ada. Bener engga? Yuk, bangkit sama-sama menata diri.

Ditulis Oleh : Unknown // 7:49 AM
Kategori:

2 comments:

  1. ooow iya, iya... aku salah ketik.. *heu heu keyboardnya usil nih*
    makasih ya udah ngingetin...

    ReplyDelete

 
Powered by Blogger.