"Tahu sungai kering kan? Yang biasanya jadi penuh batu besar begitu? Nah,kayak gitulah kira-kira jalan menuju ke sana."
Sepanjang perjalanan saya menuju Jogja biasanya juga mengalami itu. Jalan sekitaran Losari dan Brebes biasanya rusak dan berulangkali gagal 'genah'. Mengenang tahun-tahun pertama saya ke sana, jalanan lebih parah. Daerah Gombong yang konon merupakan jalan alternatif bagi para mobil travel, merupakan 'jalan bulan' saking 'gerogot'nya itu aspal.Kami mendapat undangan dari salah seorang ex-anak kos di rumah. Pas kakak saya beberapa waktu silam menikah, dia juga hadir. Makanya sekarang dia mengundang, masa iya kami tidak datang? Maka setelah beberapa hari disibukkan dengan para tamu seabreg di rumah selepas lebaran (karena ada resepsi sepupu saya), kami serombongan pergi ke mantenan. Kenapa serombongan? Simpel: Karena kami enggak tahu dimana itu Cilebak :))
"... bedanya, kalau sungai itu datar aja, nah ini jalannya nanjak~"
Wah.Memang benarlah adanya begitu. Kami menuju Cilebak lewat Ciwaru. Konon ini merupakan jalan pintas menuju sana. Menuju daerah perbukitan. Start-lah kami pada jam setengah 8 lebih.
Saya sempat mengabadikan foto-foto jalanannya, hanya sayang tak percapture dengan baik sehingga hanya ini yang lumayan buat dipajang :D
Selengkapnya sila dipandangi (halah) di sini ya~
Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya 3 bersaudara (Mamah dan 2 kakaknya) ini riuh berkomentar soal jalanan yang rusak. Sesekali wajahnya tegang melihat tanjakan curam berkelok dengan lubang di tengah jalan. Wanti-wanti juga terdengar dari berbagai arah agar kakak saya mengendarai dengan hati-hati. Ahaha ... rameee~
Di jam ke sekian, kami sampai juga di desa Cilebak. Kejutan juga menanti kami di persimpangan sana ...
Yang benar saja!
Jauh-jauh mendaki bukit lewati jalan terjal, masa harus kembali tanpa bertemu dengan pengantin? Hedeh, maksa-maksa alhamdulillah bisa masuk juga dengan menekuk kedua spion mobil :))
Kejutan kedua menanti di tanjakan superkeren ketika kami masih harus terus naik untuk dapat meraih balai desa. Tanjakan kali ini benar-benar curam, sehingga para penumpang juga pingin turun ketimbang ikutan bahaya nanjak bersama mobil. Benarlah ketika mesin meraung untuk bisa naik ke puncak, ban mobil tak mampu menaklukkan jalan berpasir itu. Mobil berbalik mundur *untung engga ada kendaraan lain di belakang kami -__-
Ke-3 saudara sudah berpucat-ria memilih turun di tengah tanjakan ketimbang di dalam mobil. Akhirnya semua penumpang termasuk saya juga turun. Dan dengan kecepatan tinggi, kakak saya sukses ngendarain mobil ke puncak. Horeee~
Dan atas keselamatan yg masih dilimpahkan, sempet juga poto-poto~
Perjalanan pulang kami tak lagi lewat Ciwaru. Kami memilih lewat Subang yang lebih panjang jalurnya ketimbang jalan pendek yang bikin napas jadi pendek-pendek juga :))
Sempet-sempetnya ibuku berkelakar, "Teh ... kalaupun ada laki ganteng di sana, Mamah gak bakal ngijinin kamu nikah sama orang sana. Bahaya aja kalo mudik kudu lewat jalan kayak begitu ..."
*tepokdahi*
ve
ReplyDeletehosting gambarnya mending dr BS langsung deh
berat kalo pake hostingan lain
hehe
malah nyuruh2
soale ni ga ada yg muncul gambare
waaa ...
Deletentar mbak ... aku sekalian bebenah CSS dulu biar konten blog gak keluar garis batas *sapa tau ada :))
Terlihat kering dan gersang ya Ve...
ReplyDeletemungkin karena jalannya rusak ya?
DeleteBeberapa area juga lagi panen *ga pinter moto jadi publish seadanya aja*
tapi kita enggak perlu AC sepanjang perjalanan, mbak ...
hawanya dingin kayak pas dulu kita di atas bukit pantai Drini :D