Saturday, December 14, 2013

Tenggarong di Minggu Siang

Hari Minggu biasa jadi ajang berkumpulnya keluarga. Begitu halnya dengan keluarga kami, sudah beberapa hari sebelumnya suami memang berencana mengajak saya jalan (lagi) ke salah satu titik wisata sekitar Balikpapan. Kali ini ayah dan ibu diajak juga, karena ternyata o ternyata ... Tenggarong bukan perjalanan remeh.

Melewati bukit Soeharto yang merupakan hutan lindung, saya jadi ayem teringat perjalanan ke Bandung saat di Cadas Pangeran. Kiri-kanannya rimbun pepohonan, benar-benar kesejukan serasa surga mengingat siang itu matahari sedang terik-teriknya.


Untuk mencapai sana dibutuhkan waktu kurang lebih 4 jam. Selain faktor wiken yang orang lain doyan main keluar, faktor infrastruktur jalan labil-lah yang jadi kendala utama. E bentar, mungkin aselinya faktor salah kendaraan yang jadi masalah ... e bentar ... *halah dasar penulis labil
Jadi gini, dari awal kami sudah tahu kecuali saya bahwa jalan menuju Tenggarong itu dirintangi jalanan rusak, debu penggalian tambang, dsb. Jazz RSS jadi korban.
*krik*

Tujuan pertama kami ialah mampir ke museum Mulawarman. Banyak peninggalan kerajaan Kutai yang dipamerkan di sini. Maaf nih ini gak sesuai urutan, tapi gak jauh-jauh amat kok :D
























Sempat cek ke planetarium juga, tapi karena tidak memenuhi kuota jumlah minimum untuk masuk maka ... kapan-kapan sajalah main ke sana lagi :))
Kami sempatkan sebentar berkunjung ke museum Kayu, dimana buaya Muara dan Sangatta yang terkenal besar dan pernah makan manusia itu diawetkan di sini juga. Isinya selain berbagai jenis kayu juga terdapat contoh kerajinan yang terbuat dari kayu, pun jenis dedaunan dari berbagai pepohonan.











Ah ya, kami melewati Waduk Panji Sukarame. Nah, tadinya memang tak ada rencana bakal main ke sini, tapi begitu dengar di situ ada Taman Anggrek, meluncur juga kami kesana :))
Cuma penasaran, letaknya lumayan juga dari gerbang masuk ... lewat jembatan ... taman bermain anak-anak ... terus nyampe deh. Sayang taman anggreknya tak sebagus bayangan saya. Rumah kaca berisi anggrek-anggrek yang berbunga ditutup kawat duri, jelas saya dan suami tak bisa bebas memoto -__-




Pulangnya suami dan ayah sepakat nyebrang sungai Mahakam, naik feri. Mengingat jalan di seberang lebih mulus dan mobilpun bisa meluncur tenang di jalanan. Alhamdulillah.

Sekian laporan dari Tenggarong, kapan-kapan mari jalan lagi jelajah 'dalem-dalem'nya Kalimantan. Keep peace, green and tropical from Borneo *apadeh






Ditulis Oleh : Unknown // 1:57 PM
Kategori:

0 comments:

Post a Comment

 
Powered by Blogger.