Friday, December 24, 2010

Takdir Peri Ketigabelas

Peri ketigabelas merenungi nasibnya. Singgasana kecil ini serasa makin sempit, seakan menciut dan mengerut. Matanya mengarah ke luar jendela. Rasa sesak memenuhi paru-paru menyaksikan bagaimana penduduk bumi memusuhinya. Walau sudah berabad lalu ia mengutuk seorang putri kerajaan, ia masih amat dibenci hingga kini.

Sempurna selalu mengikuti sang putri. Ia dicipta tak hanya amat cantik bak bidadari bermata manik, tapi juga bermoral mulia seperti malaikat. Kini ia tengah bahagia dengan pangeran tampan dari negeri seberang.
Mereka dieluk-elukkan rakyat, tanpa pernah berdoa kebaikan untuk seorang peri yang tak dipedulikan keberadaannya.

Masih di dunia yang sama, si peri menerawang pengap. Menengadah ingin melihat kesibukan Brothers Grimm memperkaya keadaan mereka atas keberhasilannya mempersatukan sang putri dan pangeran berkuda putih. Mungkin juga tengah syukuran atas si peri yang akhirnya tersingkir dari singgasana dunia.

Tahukah kamu apa itu singgasana terindah di dunia ini? Yaitu singgasana yang bila kamu miliki akan membuat gembira siapapun: HATI, dan kursinya adalah kasih sayang.
Dongeng adalah dunia dimana kamu tak dapat merubah nasibmu di tangan pengarang, dan tak dapat mengubah dirimu ketika peran antagonis harus kamu perankan.

Si peri memandang penuh amarah pada Grimm, mencela dan memaki mereka habis-habisan. Mereka telah egois menetapkan hal baik dan buruk seperti hitam dan putih, persis seperti malaikat dan setan. Sialnya, peran setan itulah yang terlempar pada peri ketigabelas. Hingga saat ini, para manusia beranggapan bahwa tigabelas adalah angka sial.

Lelah mencerca, si peri terduduk lelah di kursi reotnya di depan perapian. Tangan kecilnya memukul-mukul satu-satunya kitab yang ia miliki. Padahal ia tahu, hanya di sanalah takdirnya digariskan.

Hantaman pada bukunya terhenti, si peri sudah letih. Ia kembali tenang di depan perapian. Terlihat setitik air menetes dari sudut matanya, lalu meluncur membasahi kitabnya.

Hidup pendek peri ketigabelas takkan pernah singgah--apalagi bermuara di singgasana itu. Betapa tak adilnya sang pengarang menakdirkan dongengnya: mencitrakan segala kebaikan untuk sang puteri, sementara kejahatan harus pekat menguntit si peri.
Sementara si peri tak punya tempat berlari, iapun tak pernah diizinkan singgah di hati manusia-manusia itu. Padahal, ia sendiri memiliki hati untuk mendengki..

Sederet huruf emas mengilat diterpa cahaya api. Tertera jelas sebaris frase kitab takdir si peri:
PUTRI TIDUR.

.

.

.

.

.

.

.

.
Tamatlah riwayat peri ketigabelas tanpa kematian. Dunia kita dunia fana yang real, ia amat sulit diterka akhir kisahnya. Betapa beruntung kita menjadi makhluk yang dimuliakan oleh Sang Kreator paling berkuasa: Tuhan.

Manusia itu makhluk abu-abu, putih itu malaikat dan hitam adalah setan.
Kita bisa saja berlaku malaikat ataupun setan :)
Jangan lupakan juga bahwa hidup itu warna-warni, dan Allah amat tahu bagaimana hujan yang tercurah berpadu dengan matahari untuk melukiskan gradasi pelangi.

Berbahagialah kita yang tak hidup dalam dunia dongeng. Kita adalah pemain fakta yang pencapaiannya bisa amat beraneka cipta.
Kita berbudaya untuk dunia sendiri, kita menjadi peradaban, kemudian bersiaplah kita menjadi sejarah mencengangkan di tiap-tiap masa.
.
.
.
Selamat memperbaiki diri.
1 Muharram 1432 H.

Ditulis Oleh : Unknown // 5:31 AM
Kategori:

10 comments:

  1. ayoookkk... *gandeng mbak jar menuju bengkel diri

    ReplyDelete
  2. Wah, mari ubah angka 13 mjd angka keberuntungan.. hehe

    tak ada angka sial, semua angka itu baik, tergantung cara pandang kt.. mari memperbaiki diri.. hehe

    ReplyDelete
  3. iya.... ini kan berdasarkan cerita Sleeping Beauty :)

    ReplyDelete
  4. Hehe..

    kbetulan aku berada d lt 13 stiap hari.. bagiku ini angka keberuntungan.. hehe..

    ReplyDelete
  5. hihi, sama kayak sohibku dulu yg menganggap angka 13 adalah angka keberuntungan dia :))

    ReplyDelete
  6. Wow, perbandingan logika yang akurat..

    ReplyDelete

 
Powered by Blogger.